Secarik Bait dari "Aku" Untukmu Yang Rajin Bercerita.
Lama tak berjumpa.
Seperti sikapmu yang dingin kepadaku
Kau hanya butuhkanku, ketika pikiranmu dipenuhi akan kegalauan semu.
Padahal hanya ada satu kata yang bikin semua itu hilang.
Yaitu "AKU"
Iya, "Aku".
"Aku" adalah satu kata yang ingin sekali kamu menyadari ini semua.
Bahwa "Aku" adalah jalan terbaikmu.
"Aku" adalah sosok yang selalu mengusapkan air matamu kala mereka berlinang di kelopak matamu.
Dan apa kekurangan "Aku", sehingga kau tak pernah menyadari itu semua.
Sehingga kau tak pernah menyadari ini semua, bahwa hati ini terbuka oleh kehadiranmu.
Kehadiranmu yang selalu tersakiti, dan akulah yang mengobati.
Ku obati kau dengan ketulusan.
Ku obati kau dengan perhatian
Dan ku obati kau dengan kasih sayang.
Namun, kau lebih menilai kasih sayang dariku adalah simbol pertemanan untukmu.
Adalah Simbol kepedulianku yang kau anggap sebatas peduli biasa.
Peduli yang bisa dibeli dimana saja, kapan saja, selagi kau masih berteman dan berharta
Kau hanya memikirkan "Dia", yang selalu menyakiti perasaanmu.
Apakah kau pikir "Dia" lebih baik dari "Aku".
Sehingga kau selalu ungkit-ungkit masalah dia di depan mata "Aku".
Terdengar oleh "Aku"
Dan menusuk hati "Aku".
Ini memanglah hal yang biasa.
Sahabat sejati menjadi tempat pencurahan perasaan.
Sebagai tempat persedian nasehat cadangan
Dan sebagai tempat penyemangat jalinan kasih sayangmu dengan "Dia"
Tapi "Aku" memaklumi
Karena "Aku" hanyalah sebatas pecundang yang tak berani menyatakan kebenaranya.
Dan "Aku" terlalu manja
Yang hanya mau menunggu kebenaran dan tak mau mengungkapkan kebenaran cinta.
Dan sebagai pecundang, "Aku" hanya bisa melakukan yang terbaik untukmu.
Menjadi pendengar yang baik untukmu
Dan menjadi penasehat terbaik untukmu.
Walau itu semua terkesan pembodohan perasaan
Dan terkesan pembunuhan perasaan.
Namun, apa daya
Gengsi telah memperbudak keberanian.
Dan pura-pura telah menguasai kejadian.
Hanya waktu yang akan menjawab.
Kau akan bersandar pada pundak siapa.
Pundak milik "Dia" atau "Aku"
Bersandar Selamanya....
Sampai Ajal menjemput kita bertiga.
Kita lihat saja nanti ya, teman
Temanku yang Rajin Bercerita
Kadang "aku" dan "dia" menjadi penyelaras, lalu di lain waktunya keduanya adalah kontras.
ReplyDeletePenyelaras sebuah perjuangan mencinta.
ReplyDelete