Juri-chan
“Takahashi Juri desu ne?”
“Hai.“
“Hmm…”
“Ano, nan desu ka?”
“Kawaiii desu ne,” ujar laki-laki di depan Juri. Sembari
melempar senyum genit yang membuat Juri tampak kesal dan ingin memukulnya.
“Nani yo?” pekik lelaki itu sembari terkekeh. Kedua
lengannya menahan tamparan Juri di lengannya.
“Usoo! Mana mungkin dia akan segenit itu,” Juri-chan
mengelak. Beberapa saat kemudian, tatapannya kembali lesu.
Membuat Tano mendengus pelan kembali.
“Ah, tenang saja. Takamina-san pasti akan berkata
seperti itu. Percaya diri saja lah!”
Juri melirik Tano. Entahlah, dia tidak tahu apakah perkataan
laki-laki tersebut memang benar. Tapi yang jelas, dia begitu bingung dengan
keadaannya sekarang.
Baginya, tak mungkin juga jika usahanya nanti akan berhasil.
Terlebih lagi, dia hanyalah siswi biasa yang tak sepopular Jurina-san, siswi
pintar yang menjadi idola di sekolahnya selama ini.
Dia hanyalah siswi … ah. “Tidak mungkin.” Desah Juri kembali tak
semangat. Membuat Tano geram dan ingin secepatnya membuat gadis di sampingnya
tersebut kembali bergairah.
“Jangan menyerah sebelum mencoba. Lagipula, kau sudah lama
mengaguminya, kan?” ujar Tano. Kedua matanya menelisik jawaban yang mungkin
bisa dia dapatkan dari dalam mata Juri-chan.
Dia sendiri tak yakin juga jika Takamina akan tertarik dengan
Juri-chan.
“Entahlah. Sesungguhnya aku bingung dengan perasaanku.” Juri
mendengus pelan. Lantas mendongak ke atas dan menatap langit-langit ruangan
auditorium yang kosong.
“Kau baru saja akan berkenalan, tapi sudah gugup seperti ini.
Ayolah kita coba sekali lagi. Ganbatte!” pekik Tano semangat,
seraya menggenggam kedua bahu wanita tersebut.
“Kita lanjutkan nanti saja ya. Aku mulai haus.”
“Baiklah kalau begitu. Akan aku antar kau ke kantin.”
Tano segera berdiri dan berjalan menuju bagian belakang Juri.
Kedua tangannya dengan cepat melepaskan pengunci roda. Sembari menahan beban
dan kemudian mendorong kursi roda milik Juri-chan.
“Ikemashou!” pekik Tano semangat, seraya tersenyum lebar.
Senyuman lebar yang selalu dia lemparkan untuk Juri-chan seorang.
Sebuah senyuman yang dia harap mampu membuat Juri-chan bersemangat.
Karena baginya, tak ada yang lebih membahagiakan selalin melihat
Juri-chan tersenyum.
Melihat wanita yang dicintainya,mendapatkan apa yang dia impikan.
Meski hati taruhannya.
Dia mau menahan sakit itu.
-end-
Hai Aji! :D
ReplyDeleteTulisanmu sudah cukup bagus. Tapi aku bingung pada bagian awalnya, itu siapa yang sedang berbicara apa, ya? Apalagi percakapannya dalam bahasa Jepang. Sebaiknya tulisan bahasa Jepangnya dimiringkan, lalu diberi catatan kaki di bagian bawah ceritamu untuk menjelaskan terjemahannya.
Oh iya, aku owner CariPenulis.com (@CariPenulis_Com on Twitter)
Semangat menulis! :D