Sulitnya Putusin Kamu
Kring kring kring..... Suara ponselku berdering nyaring nyaris membuatku tuli. Memang aku sengaja mengabaikan dia untuk sementara waktu, atau mungkin untuk selamanya.
"Lelah sekali rasanya. Semakin hari semakin menjengkelkan."
Kring kring kring...... Suara ponsel berdering lagi untuk kesekian kali. Sinka keras kepala membuatku naik pitam. Baiklah, aku angkat panggilan darinya.
" Halo, sayang. Ada apa? ", kataku untuk di balik sana.
" Sayang, nanti sore anterin aku belanja ya. ", sahut
Sudah terlalu sering permintaan ini melayang dari bibir mungilnya. Membuatku letih. Namun inilah waktunya untuk membuat dia jengkel padaku.
" Sorry sayang. Aku gak bisa. Aku capek kalau setiap sore harus nganterin kamu belanja melulu. Aku ingin mulai sekarang kita putus saja. ", pintaku dengan lancar. Walau agak berat.
" ... "
Sinka terdiam. Tak ada reaksi apapun darinya. Jangan jangan dia pingsan,pikirku begitu.
" Halo Sinka. Halo.... ? ", tanyaku agak takut ditambah penasaran.
" Eh iya. Halo.. Sorry tadi di tv ada EXO. Keren banget. Sorry ya aku cuekin. Tadi kamu bilang apa? Kamu capek? Ya udah istirahat saja dulu. Belanjanya besuk juga nggak papa kok. ", sahutnya dari balik telepon.
" Sinka, aku ingin kita putus. ", jawabku singkat lalu ku tutup teleponnya.
Huft... Rasanya lega banget. Meskipun belum tahu reaksi Sinka selanjutnya. Tapi setidaknya aku sudah bilang kalau hubungan ini memang harus berakhir.
Kring kring kring.........
Suara ponselku lagi lagi berbunyi. Panggilan dari Sinka lagi. Ya... Aku ingin tahu apa reaksi Sinka. Ku angkat panggilannya.
" Halo, Sinka. Kita harus putus. Hubungan kita sudah nggak bisa dilanjutin lagi dan terpaksa harus sampai di sini. Aku sudah nggak kuat dengan sifat manjamu lagi. Sampai sampai aku bingung dulu ibu kamu nyidam apa. ", sahutku tak terelakkan.
" Halo, nak. Ini bener nak Aji. Pacarnya Sinka? " , suara mengejutkan terdengar.
Ternyata bukan Sinka yang menelepon. Melainkan ibunya.
" Eh, maaf Ibu. Iya bu. Saya Aji. Mantan pacarnya Sinka. Ada ap ya bu? Kok ibu yang menelepon? Sinka nya mana? ", tanyaku bingung tak karuan.
" Jadi gini, Sinka nya lagi nangis,katanya diputusin nak Aji ya?. Ibu mohon, nak Aji jangan putusin Sinka. Sinka cinta banget lho sama Nak Aji. Ibu mohon ya. "
" Tapi bu....", kataku terputus...
" Ibu mohon nak. Nanti soal sifat Sinka yang manja, biar ibu saja yang ngurusin. Mau ya, nak? ", goda Ibunya Sinka.
Aku gak bisa membantah. Dari suara beliau, seperti memohon sangat.
" Ba..baik bu. Saya gak jadi putus sama Sinka. ", kataku ragu.
" BENER, BEB? KITA GAK JADI PUTUS? ASIKKKK! ", Suara Sinka tiba tiba menggelegar tak karuan.
" Iya. ",jawabku malas.
" Okeee. Tapi nanti sore kamu mau kan nganterin aku belanja? " , Sinka meminta lagi. Sepertinya dia terjangkit amesia tingkat amatir.
" Lah, katanya kamu tadi aku suruh istirahat? ? ", kataku mencoba mengingatkannya kembali.
" Nak Aji, tolong nanti sore anterin Sinka belanja ya. Saya mohon ya, nak Aji. ", suara Ibunya Sinka bergentayangan lagi.
Tanpa pikir panjang, segera ku tutup teleponnya, aku matikan ponselku dan berteriak. .....
" IBU DAN ANAK SAMA SAMA KAMPRETTTT.. !! MEREKA BERDUA PASTI SEKONGKOL!!! INI PASTI KONSPIRASI KEMAKMURAN! ! "
Comments
Post a Comment
Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar