Happy Birthday Kinal
Jalanan sudah padat sejak sore. Suara deru
knalpot motor yang nyaris menulikan juga seringkali terdengar. Apalagi suara
bising klakson yang menderu seperti ingin segera keluar dari kemacetan jalan
kota menghiasi malam yang paling ditunggu banyak orang. Sepertinya malam ini akan ada banyak sekali
manusia yang ingin menghabiskan malamnya dengan bersandar di alun-alun kota
sembari menunggu tengah malam. Tapi tidak bagi Kinal, dia lebih memilih
menghabiskan tahunnya dengan menonton tv di rumah dibanding harus terjebak
macet dan kerumitan jalan di kota. Dia memang tidak pernah tertarik untuk
melihat kembang api yang menari di atas kepalanya. Lebih tepatnya, dia tak
pernah suka dengan keramaian. Apalagi beberapa hari yang lalu, sahabatnya mulai
memperilakukannya dengan tak biasa. Veranda, seseorang yang pernah berjanji
akan selalu bersamanya pun akhirnya harus mengingkari janjinya sendiri. Mereka
sudah tak pernah berhubungan lagi semenjak Nobi membongkar semuanya.
Sudah berapa kali dia memainkan remot tv
nya, dan sudah berapa kali juga dia mendengus pelan. Acara di malam tahun baru
memang tak pernah menyenangkan. Tidak pernah bisa diandalkan untuk menghibur
penonton yang sedang kesepian seperti Kinal ini. Dia menyenderkan punggungnya
di sofa sembari memaksakan dirinya melihat acara tv yang menurutnya tak menghibur.
“ SIAL “
Satu umpatan terucap dari bibirnya, dengan
muka kusut dan sesekali tangannya mengambil beberapa kepingan snack dari dalam
toplesnya.
“ Nggak main ?” suara seorang wanita
terdengar dari arah belakang bersamaan dengan suara langkah kakinya yang lirih.
Namun Kinal hanya mematung, tak begitu
mempedulikan kakaknya yang baru saja pulang dari minimarket.
“ Veranda nggak ngajak keluar?” tanya
kakaknya dari arah dapur. Tapi tetap saja, Kinal masih engan untuk menanggapi wanita
tersebut. Apalagi kakaknya baru saja menyebut nama itu. Nama yang menurutnya
sudah tak terlalu spesial.
“ Kok diem terus sih?”, tanya kakaknya
lagi. Hanya saja kali ini suaranya lebih jelas dari sebelumnya.
Sekonyong-konyong, kakaknya sudah duduk di samping Kinal sembari membawa gelas
berisikan es krim.
“ Tadi aku ketemu Aji lho di minimarket. “
“ Beneran? Dia nanyain aku nggak? ”, kata Kinal tiba-tiba. Matanya menatap tajam kakaknya yang tengah menikmati es krim. Kali ini Kinal bergerak.
“ Ciyeeee..Ada rasa nih… “, cibir Naomi. DIa tertawa kecil.
“ Emang kenapa? Salah? “
“ Nggak sih. Hebat ya bisa nyuri hati kamu. “, Kinal menarik ujung bibirnya berlawanan. Sepertinya hati Kinal mengiyakan perkataan kakaknya barusan. Laki-laki yang dia kenal sejak bangku SMA itu memang sudah mencuri hatinya, bahkan bukan hanya hatinya saja tapi juga akal pikiran Kinal yang nyatanya memang setiap malam gemar membayangkan raut wajah Aji yang bisa dibilang tidak terlalu rupawan, bahkan bisa dibilang pas-pasan. Entahlah mengapa Kinal lebih menyukai pria seperti penjual potopek itu.
“ Jangan keluar deh. Jalanan rame banget. “, kata Naomi. Matanya memandangi layar kaca, sedang Kinal hanya mematung seperti mengiyakan bahwa malam pergantian tahun ini memang dia tidak akan pergi kemana-mana. Hanya duduk di dalam rumah sembari menemani kakaknya yang mungkin akan bernasib sama dengannya.
“ Kakak, nggak main keluar? “,
“ Nggak ada yang ngajakin. “, jawab Naomi sembari mengulum es krim di sendoknya. Kinal tersenyum. Malam ini dia akan ditemani kakaknya yang juga bernasib sama dengannya. Memandangi langit-langit rumah saat kembang api menari di langit gelap.
“ Veranda mana? “, tanya Naomi sembari memandangi wajah Kinal yang perlahan kusut kembali.
“ Mana kutahu.”, judes Kinal.
“ Ada apa sih? Nggak biasanya deh.”, Kinal kembali mematung dia tak mempedulikan lagi kakaknya. Rasanya memang tak ingin lagi mengingat masalah yang rumit itu.
“ Aku ke dapur dulu. ‘, kata Kinal sembari beranjak meninggalkan kakaknya di depan tv. Kemudian dia membuka lemari es dan mengambil kotak es krim yang baru dibeli kakaknya. Sekitaran 5 sendok makan, dia menempatkan es krim tersebut ke dalam gelas, lalu membawanya ke dalam kamar. Lengkap dengan mengunci pintu rapat-rapat.
Sesampainya di meja belajar, dia meletakan
gelasnya tepat di samping laptop yang sudah dibukanya sejak tadi. Lalu matanya
menjulur dan meresapi setiap kata pada halaman beranda twiternya.
Seperdetik kemudian matanya tertuju pada
akun sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Veranda, perempuan yang sedang tak
harmonis dengannya. Entah apa alasan Kinal masih membiarkan akun sahabatnya itu
berkeliaran di timelinenya. Padahal secara harfiah, hubungan mereka di dunia
nyata sudah saling Unfollow dan Block. Mereka
saling unfollow sejak Nobi membongkar semuanya.
“ Aku
hanya bisa mendoakanmu dari sini.”
Begitulah kicauan sahabatnya di twitter. Kinal
terdiam dan mencoba meluangkan sedikit waktunya untuk meresapi apa yang baru
saja dia baca. Sesekali dia mendengar bisikan dari telinganya bahwa apa yang
dia lakukan sekarang ini memang keliru. Tak seharusnya dia membiarkan
hubungannya dengan Veranda lenyap begitu saja. Tapi di sisi lain, dia juga tak
mau hidupnya diatur oleh Ve. Dia sangat tertarik dengan Aji. Meski Kinal tak
pernah mengatakannya. Karena Kinal yakin, tak ada wanita di dunia ini yang
menyatakan perasaan terlebih dahulu. Bukankah wanita ditakdirkan untuk selalu
menunggu?
Lalu dia memainkan jarinya di atas keyboard
laptop dan berharap semoga apa yang dia ketikan akan Veranda baca. Kinal tahu
kalau Veranda juga masih membiarkan dirinya berseliweran di timeline miliknya. Mereka
memang punya kesamaan, sama-sama tak punya alasan mengapa mereka masih
membiarkan akun sahabatnya itu menghiasi timelinenya.
“ Kau
tak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja.”
Digerakannya mouse dan diarahkannya kursor
pada layar menuju “ Tweet”. Satu klik cukup untuk mengirimkan kalimat tersebut
menyelinap lewat timeline Veranda. Semoga Ve membaca ini.
Sekitaran 15 menit. Sembari menikmati es krim
dia mencoba untuk memperbarui halaman profil twitter Veranda. Namun tidak ada
tanda-tanda sama sekali dari Ve. Mungkin memang Veranda tidak membacanya, atau
bahkan bisa saja Ve tak begitu mempedulikan twit penuh harap dari Kinal
tersebut. Jangan-jangan Kinal kepedean, mungkin saja twit Veranda tadi bukan
untuknya, tapi orang lain. Kenapa Kinal bodoh sekali.
Alhasil, yang ditunggupun muncul. Veranda
baru saja mengirimkan twit barunya.
“
Tahun baru, sendiri di rumah. Kamu juga sendirian ya? Main yuk. Tapi…… “
Sebuah twit yang tak selesai. Entah apa
maksud Veranda mengirimkan twit rancu tersebut. Seperdetik kemudian Kinal
sadar, twit barusan tak seperti membalas twitnya sendiri. Benar kan? Kinal terlalu
percaya diri untuk masalah ini, atau bisa saja memang Veranda tak membacanya. Kinal menyerah. Dia
sadar, percuma kalau menanggapi twit sahabatnya itu yang nyatanya memang bukan
untuknnya. Lebih baik memikirkan bagaimana caranya membuat es krim yang tengah
dia lahap tersebut agar tidak cepat habis.
Perlahan-lahan kepalanya menunduk, kelopak
matanya ikut terpengaruh gravitasi. Baru pukul 10 malam, badannya sudah terasa
berat sekali. Telah diputuskan, tahun ini dia akan mengakhiri tahun 2013 lebih
cepat dari tahun biasanya. Malam yang dipenuhi dengan suara ramai di luar rumah
mengantarkan tidur Kinal lebih cepat.
***
Pagi hari, setelah embun menguap Kinal
masih terlelap dalam kamarnya. Sedangkan Naomi , sejak fajar tadi dirinya sudah
berada di depan rumah untuk membersihkan halaman yang sudah tampak kotor dengan
dedaunan. Memang sudah menjadi kebiasaan Naomi, mengurusi rumah selagi orang
tuanya pergi ke kota. Sebagai seorang kakak memang harus demikian.
“ Permisi. “, suara dari arah gerbang
rumah.
Seperdetik kemudian mata Naomi tertuju pada
sosok tersebut.
“ Masuk aja, nggak dikunci kok. “, kata Kinal sembari masih melanjutkan kegiatan menyapunya teras rumahnya.
“ Nyariin Kinal? “, tanya Naomi.
“ Nggak kok, kak. Cuma mau titip ini. “, kata Veranda sembari menyodorkan amplop berisikan lembaran kertas yang sudah dilipatnya dengan simetris.
“ Surat rahasia. Jangan dibuka pokoknya. “, larang Veranda sembari tertawa kecil. Naomi hanya manggut-manggut melihat amplop yang tengah dia dipegangnya kini.
“ Oke, ntar kalau Kinal udah bangun, aku sampein. “, kata Naomi.
“ Makasih, kak. Aku pulang du….”
“ Bentar..!”, Naomi menghentikan Ve. Sedang Ve menaikan kedua alisnya.
“ Akhir-akhir ini, Kinal jutek banget sama kamu. Ada apa sih?”, tanya Naomi penasaran. Dia rasa memang harus tahu dari Veranda sebab adiknya itu sering murung di rumah. Rasa ingin tahunya sudah di ujung ubun-ubun.
Veranda menghela nafas dan duduk di teras
rumah Kinal, sahabatnya itu.
***
Pukul 1 siang, matahari sudah berada tepat
di atas rumah Kinal. Sementara itu Kinal baru terbangun dari tidurnya. Entahlah
apa yang membuat Kinal betah tidur berjam-jam di kasurnya, sampai dia
melewatkan momen saat sahabatnya, Veranda datang ke rumahnya hanya untuk
menitipkan surat misterius. Segera Kinal beranjak dan menghampiri laptop
hitamnya. Sebuah surat, pemberian Veranda tadi pagi tentunya sudah tergeletak
di atas laptop. Dengan ragu-ragu, dia mengambil amplop tersebut dan
memainkannya untuk sementara waktu. Kemudian dia mencoba membuka dan mengambil
lembaran di dalamnya.
“
Jika kau masih menganggapku. Temui aku nanti malam jam 7 di alun-alun kota. Itu
pun jika kau masih menganggapku.
–
Veranda – “
Seperdetik kemudian, dia tersenyum.
Bibirnya tertarik dengan rapi. Hatinya bahagia setelah tahu bahwa Veranda masih
mempedulikan dirinya, atau setidaknya masih ingin bertemu dengannya. Walaupun
dalam hatinya ada firasat yang kurang bagus, tampak dari tulisan Ve yang
terlihat judes. Tapi yang terpenting sekarang dia harus menyiapkan mental untuk
bertemu dengannya lagi. Semoga saja malam nanti akan baik-baik saja.
***
Kinal keluar dari kamarnya dan menghampiri
kakaknya yang tengah duduk di depan tv. Sembari memainkan ponsel, Kinal duduk
di samping Naomi.
“ Sudah dibaca? “, Naomi memulai percakapan
awal tahun 2014.
“ Surat dari Ve?”, Naomi hanya megangguk secukupnya.
“ Udah “, jawab Kinal singkat sembari matanya masih menjulur ke arah layar ponselnya.
“ Entar malam aku mau keluar sama Ve. Kakak jaga rumah ya. “, tambah Kinal.
“ Tumben. Kenapa nggak kemarin malam aja. ”, cibir Naomi dengan nada meledek.
“ Pokoknya entar malem, kakak musti jaga rumah. “, seru Kinal sembari menatap tajam Naomi.
“ Iye iye.”, Naomi mengangguk dan kemudian melemparkan pandangannya kembali ke arah layar televisi. Sedangkan Kinal masih berkutat dengan ponsel yang tengah dia pegang.
“ Selamat
Siang ebeb. Jangan lupa makan siang ya. Semangat juga buat kuliahnya. “
Sebuah twit baru saja Kinal kirim, bebarengan
dengan senyum yang merekah di bibirnya. Sebuah senyum yang menyimpan harap
semoga pemilik akun @ajiraenaldi membacanya. #Duelehhhhh..romatis betz dah..
***
Sudah pukul setengah tujuh, Kinal sudah
siap dengan penampilanya yang casual. Kaos hitam bermerk “ Singsot Wonogiri “
dan celana panjang hitam, serta dompet yang dia selipkan di saku belakang
celananya membuat penampilannya terlihat simple dan tomboy, bahkan lebih tomboy
dibanding Naomi yang lebih ke-ibu-ibuan. Entahlah, mengapa Tuhan menjadikan
mereka kakak beradik yang berlawanan.
“ Duielehh… macho banget. “, ledek Naomi
saat KInal berlalu. Kinal hanya mengepalkan tangan kanannya ke arah Naomi
sembari tertawa dan berlalu menuju garasi rumah. Kinal tak ingin Ve menunggunya
terlalu lama di alun-alun nanti, tapi di lain sisi dia juga kurang begitu yakin
pertemuannya nanti akan berjalan lancar. Jujur, mentalnya masih lemah untuk
menemui sahabatnya yang beberapa hari lalu telah memarahi-marahinya di depan
umum. Tapi lebih baik ambil resiko, daripada tidak sama sekali.
“ Veranda, mari kita selesaikan hari ini.
“, gumam Kinal pelan sembari menarik gas motor maticnya.
***
Seperti biasa, malam memang sudah menjadi
waktu favorit untuk anak muda menghabiskan malam di alun-alun kota. Bahkan jika
kau ada di sini, kau bisa melihat banyak pedagang menjajakan dagangannya di
sepanjang pinggir jalan. Selain itu juga banyak bangku yang tertanam di sana.
Bangku yang bisa kau gunakan untuk bersantai ria bersama teman sembari
menikmati riuh ramai orang yang berlalu di sekitarmu. Itupun jika kau punya
teman, jika tidak, mungkin nasibmu akan seperti Kinal yang tengah duduk sendiri
sambil menunggu Veranda yang katanya akan tiba di alun-alun jam tujuh. Kinal
kira dia akan datang terlambat, tapi nyatanya Veranda lah yang mengecewakannya.
Dia mendengus pelan. Mencoba sabar, dan
mengontrol emosi agar pertemuannya nanti tidak akan diselimuti dengan
kebencian. Walaupun dia tak tahu, apa maksud sebenarnya Veranda mengajaknya ke
sini. Mungkin dia masih bisa menyiapkan mental selagi Veranda belum datang.
“ Udah lama nungguin ? “, suara tiba-tiba
datang dari belakang Kinal. Entah bagaimana Ve bisa menemukannya tengah duduk
di bangku tersebut. Seperdetik kemudian, Ve sudah duduk di sampingnya. Kinal
hanya mematung sembari sesekali melemparkan senyum untuk sahabatnya itu. Kinal
masih malu untuk meluapkan perasaannya bahwa dia sekarang rindu sekali dengan
sahabatnya itu. Rasanya ingin sekali memeluk tubuh Ve yang kurus itu sekarang,
tapi urat gengsinya masih kuat.
“ Langsung aja deh, Nal. Kamu masih suka
sama Aji? “, tanya Veranda tak ingin bertele-tele dengan pertemuan yang dia
buat.
“ Harus ya dibahas sekarang? “
“ Harus. “, tegas Ve.
“ Mendingan aku pulang. “, gertak Kinal dia beranjak dari duduknya.
“ Tunggu ! “, Ve menghentikan niat Kinal. Tangannya meraih tangan Kinal dan menuntunnya untuk segera duduk kembali. Kinal patuh, dia tak menarik sama sekali tangannya dari genggaman Ve.
“ Kita harus selesaikan hari ini. “, kata Ve pada Kinal, persis seperti ucapan Kinal tadi di garasi rumah. Benar, malam ini semua harus jelas. Semua harus dibicarakan baik-baik. Kita harus selesaikan hari ini.
“ Iya. Aku masih suka sama Aji, kamu gak usah khawatir. “.
“ Justru aku malah dukung kamu sekarang. “, kata Ve membuat Kinal tertenggun. Dia tak percaya Ve bilang begitu padanya. Padahal selama ini dia paling getol melarang Kinal berhubungan dengan pria muka pas-pasan tapi ngangenin itu. Tapi sekarang, dia malah mendukung Kinal berhubungan dengan Aji. Makan apa Ve tadi pagi?
“ Kamu serius? “, tanya Kinal masih tak percaya. Berulangkali dia menampar pipinya, berulangkali juga dia kesakitam. Pipinya benar-benar memerah sekarang. Ve hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Kinal. Dibentangnya kedua tangan Kinal ke arah Ve dan kemudian menarik tubuh Ve untuk berpelukan.
“ Makasih, Ve! Sahabatku! “, mata Kinal menyipit. Sudut matanya mendadadak keluar air mata. Kinal tak bisa menyembunyikan rasa haru yang tengah dia rasakan sekarang. Selama jauh dengan Ve, hidupnya sangat sepi, walaupun ada kakaknya, Naomi di rumah. Tapi tetap saja hanya Ve yang mampu membuat hatinya tenang, yang bersedia menjadi tempat curhatan tidak pentingnya dan selalu memberikan sapu tangannya saat air mata mengalir seperti sekarang ini. Walaupun untuk masalah Aji ini Kinal lebih memilih Nobi sebagai teman pendengar ceritanya. Tentu saja dia tidak akan memilih Ve, kecuali kalau Kinal ingin kena semprot marah Ve.
“ Aku kangen kamu, Nal “, kata Ve.
“ Aku juga, Ve. “
Ve sadar kalau selama ini hidupnya juga
terasa hampa jika tanpa Kinal. Melewati hari-hari yang tak seceria bersama
sahabatnya sejak kecil tersebut. Mereka sudah diberikan takdir untuk saling
merindukan dan bergantung satu sama lain.
Sejak malam itu lah, malam pertama di tahun
baru, mereka membuka lagi halaman selanjutnya dari kisah persahabatan mereka
yang sempat terhenti. Malam yang mereka berdua buat semeriah mungkin sebagai
ganti malam tahun baru kemarin yang suram. Mereka habiskan suara mereka dengan
riuh tawa dan banyak canda sembari menikmati jajanan yang mereka beli di
sekitar. Sampai-sampai mereka tak sadar, waktu sudah menunjukan pukul sebelas
lebih duapuluh malam. Ya, seharusnya mereka sudah pulang dan tidur di kamarnya
masing-masing sebelum orang lain bepikiran yang tidak-tidak pada mereka.
“ Malam ini aku nginep di rumahmu ya?”, pinta
Ve.
“ Ngapain? “, Kinal terkejut sesaat.
“ Ya tidur lah. Aku kan kangen kamu. “. Kali ini tangan Ve mengenggam tangan Kinal. Matanya membidik dengan tatapan yang melas, hatinya penuh harap menunggu anggukan temannya itu.
“ Iya deh. Nggak papa. “, Kinal mengangguk, bibirnya yang seksi itu tertarik berlawanan. Begitu juga dengan Ve yang tampak bahagia dari wajahnya. Malam ini akan mereka habiskan bersama sampai dari keduanya tertidur lelap. Rencananya sih begitu.
***
Sepertinya malam sudah semakin larut,
bahkan nyaris mendekati dini hari. Jalan depan rumah Kinal sudah cukup sepi.
Tidak seperti malam kemarin yang banyak sekali benda membisingkan lewat di
depan rumah.
“ Tapi kamu udah beneran ijin kan sama
ibumu? “, Kata Kinal menghampiri pintu rumah.
“ Udah dari SD. “, canda Ve sembari tertawa di hadapan wajah Kinal yang juga ikut tertawa.
Beberapa detik kemudian, mereka berdua
sudah berdiri di depan pintu. Dengan sigap tangan Kinal menarik ganggang pintu
rumahnya yang kebetulan memang tidak kunci.
“ Ceroboh banget. “, umpat Kinal dalam hati. Dia tak habis pikir kenapa kakaknya membiarkan pintu rumah tidak terkunci. Padahal seluruh lampu sudah dimatikan.
Kinal masuk ke dalam rumahnya, bersama Ve
dia meraba tembok untuk mencari saklar lampu setiap ruang yang mereka lewati. Sampai
kemudian, mereka sudah berdiri tepat di depan pintu kamar Kinal. Tanpa pikir
panjang, Kinal membuka pintu tersebut, dan segera mencari saklar kamarnya yang
gelap.
*KLIKKKKK!!!*
Seperdetik kemudian, lampu neon kamarnya
memutih. Ruangan kamar yang awalnya gelap menjadi terang kembali. Bersamaan
dengan nyala lampu, suara teriakan di dalam kamarnya mengejutkan Kinal.
“ SUUURRRRPPPRRRIIIISSEEEEE!!!! ”, inti
dari teriakan yang secara tiba-tiba memenuhi setiap sudut kamar Kinal. Kinal terbelalak
kaget, kedua tangannya berlabuh di dadanya seperti ingin menenangkan jantungnya
yang berdetak cepat. Badannya terasa panas dingin untuk sementara waktu, dia
tak menyangka kejutan ulang tahunnya akan terjadi di kamarnya.
Dia tersenyum lebar sembari matanya mulai
menerawang satu persatu manusia yang sudah berkumpul menjadi kesatuan utuh di
sana. Tampak ada Naomi, Shania, Beby, Viny, Acha, Sinka, Yupi, Melody, Frieska,
dan lainnya. Kemudian mata Kinal terbelalak saat pandangannya berhenti tepat
pada sosok laki-laki yang tengah membawa sebuah kue tart lengkap dengan banyak
lilin tertanam di atasnya. Siapa lagi kalau bukan Aji? Laki-laki yang sering
membuat Kinal senyum-senyum sendiri. Dia tak menyangka Aji akan ikut datang
memeriahkan kejutan ulang tahunnya.
“ Tapi, kenapa harus ada Nobi sih? “,
tanyanya dalam hati saat dia mengetahui keberadaan Nobi di kamarnya.
Cepat-cepat dia membuang wajah kusutnya. Dia tak mau orang lain tahu bahwa
sebenarnya kehadiran Nobi akan merusak mood nya sekarang. Segera Kinal membuat
senyum lebar di depan teman-temannya.
Jam memang sudah menunjukan pukul dua belas
lebih. Tepat tangal 2 Januari 2014, laki-laki yang membawa kue tersebut
perlahan-lahan mendekati Kinal.
“ Happy Birthday, Kinal. Semoga rajin
sholat. Kalau ‘M’ tapi jangan sholat, nanti gak diterima. “ (
dikutip dari @HIPratama di sini )
Kinal tersenyum mendengar ucapan Aji. Dia
kembali tidak menyangka bahwa Aji lah yang akan pertama kali mengucapkan
selamat padanya. Seperti tengah mimpi, tapi nyatanya memang lilin-lilin itu
sekarang sudah dinyalakan. Dia tak mungkin salah lihat.
“ Makasih, Ji. “, kata Kinal singkat. Lalu perlahan
matanya menutup, dia mulai bedoa penuh harap dalam hati. Semoga hidupnya akan
lebih baik dibanding hari-hari sebelum dia meniup lilin-lilin di depannya.
Hufttt….~~
Berulangkali dia meniup sampai api kecil di
semua lilin mati. Bersamaan dengan itu, riuh tepuk tangan dari teman-temannya
membahana. Satu persatu ucapan selamat dari teman-temannya mulai menghampiri.
“
Iya makasih. “, kata Kinal sembari menjemput tangan teman-temannya.
“ Selamat Ulang Tahun, Kinal. “, ucap Nobi.
“ Iya makasih, Nobi. “, balas Kinal sembari senyum. Meski hanya sebuah senyum kecut. Bagaimana tidak sakit, jika teman yang kita beri percaya untuk tutup mulut, justru membukanya lebar-lebar. Tentu dalam hati Kinal masih menyimpan kebencian, meski perlahan-lahan dia mencoba untuk melupakan semuanya. Toh, sekarang Ve sudah mendukung Kinal. Jadi tidak ada lagi yang menentang perasaannya kepada Aji sekarang, laki-laki yang membawakan dia kue beberapa menit yang lalu.
“ Nal ?”, suara ragu dari Aji, dia mendekat
sekarang. Dahi Kinal mengernyit.
“ Di hari yang spesial ini, aku mau bilang sejujurnya. “, kata Aji membuat sedikit penasaran Kinal. Kali ini firasat Kinal bagus. Sepertinya hari ini akan sangat indah.
“ Apa, Ji? “, kata Kinal. Matanya menatap Aji penuh harap.
“ Aku mau bilang ke kalian semuanya, kalau aku udah jadian sama Nobi ! “, kata Aji menatap sekelilingnya.
Tak ada yang bergeming waktu itu. Yang ada
hanyalah sesak yang tiba-tiba menghujam dada Kinal. Pundaknya berguncang
sekarang, dia tak menyangka Aji akan mengatakan itu di hari spesialnya. Semakin
lama, matanya tak kuat menahan sesuatu yang hendak keluar. Tibalah sudah, air
matanya membentuk parit-parit kecil di sudut mata sebelum pada akhirnya jatuh
membasahi pipi dan lantai kamarnya. Lalu dia keluar dari kamarnya meninggalkan
semua manusia yang ada di kamarnya.
“ Nal…! “, Ve berlari mengejar sahabatnya
itu. Dia mencoba meraih tangan Kinal sembari memanggil-manggilnya berulang
kali.
“ Tunggu, Nal. “, kata Ve saat dia sudah berhasil meraih tangan Kinal.
“ Kamu bener, Ve. Seharusnya aku nurut sama kamu. “, kata Kinal tak sempurna sembari menyeka air mata yang sempat keluar.
“ Tunggu dulu , Nal. Nih.. “, Ve menyodorkan selembar kertas. Kinal hanya bisa memandangi kertas tersebut dan dengan ragu, dia membuka kertas tersebut.
“
YAELAH BORRRR…. PERCAYA AMAT. AKU CUMA CINTA KAMU KELEUSSSSS!! “
-
YOUR EBEB -
“
Maksudnya apa nih? “, Kinal bertanya-tanya. Dia masih tak mengerti apa yang
baru saja dia baca.
“ Yaelah Borrr…lemot amat. “, kata Aji dari belakang. Diikuti dengan teman-teman lainnya berjalan mendekati Kinal di ruang tamu.
“ Mau kamu apa sih? “, seru Kinal, kali ini pikirannya kurang tenang. Aji hanya tersenyum sembari mendekati Kinal.
“ Aku maunya…… “, dia mengeluarkan rangkaian bunga dari balik tubuhnya. Sambil berlutut, dia mengangkat bunga tersebut ke hadapan Kinal.
“ Aku maunya kamu jadi pacar aku. “, tambah Aji, masih dengan mempertahankan posisinya. Sedangkan Kinal masih mengernyitkan dahi.
“ Nobi sudah bilang semuanya, dan dari situlah aku tahu kalau selama ini kita punya perasaan yang sama. “, spontan Kinal menatap Nobi, begitu juga dengan Nobi yang hanya membalas dengan senyum. Kinal tak menyangka bahwa perilaku Nobi yang suka membuka rahasia itu kini membawanya ke dalam momen seperti Ini. Dia merasa bersalah telah menyimpan dendam pada Nobi.
Kinal
menatap Aji yang penuh harap. Lalu kemudian menatap sahabatnya, Ve. Ve hanya
mengangguk secukupnya, membuat hati Kinal mantap untuk mengatakan bahwa dia
sangat menerima sekali kehadiran Aji masuk ke dalam relung hatinya.
“ Aku mau banget, Ji. “, kata Kinal. Dia tampak bahagia sembari meraih bunga pemberian Aji, bersamaan dengan itu, sorak hore terdengar riuh menyelimuti momen tersebut. Begitu juga dengan Aji yang melepaskan bunga dan segera bangkit memeluk gadis yang berulang tahun tersebut.
Malam
tersebut menjadi malam yang bersejarah dalam hidup Kinal begitu juga dengan Aji
yang tidak menyangka bahwa sekarang dia sudah mencuri hati Kinal, atau lebih
tepatnya memiliki hatinya.
***
“
Ebeb ?”, kata Aji saat duduk bersama di sebuah bangku taman belakang rumah.
“ Iya ebeb? “ ( Dueleehh :3 )
“ Aku boleh minta tolong nggak ?”, tanya Aji. Mata mereka kini saling berhadapan.
“ Apaan ? “
“ Aku diingetin makannya jangan cuma pas siang doang dong. Masa’ kemarin ngingetinnya cuma
siang doang. “, cibir Aji.
“ Hah? Kamu baca twit aku? “, Kinal tersontak kaget.
“ Ya iyalah. Aku kan follow kamu. “,
“ Iya deh iya. Aku akan ngingetin kamu makan selamanya. “, lalu mereka berdua tertawa di taman belakang rumah. Sedangkan yang lainnya sedang asik di dalam.
Malam
itu adalah saksi dari awal hubungan mereka. Sampai kemudian mereka berdua menikah
dan mempunyai momongan. Lalu momongannya tumbuh besar dan menjadi anak-anak
yang sholeh dan cakep kayak ibunya, bukan kayak bapaknya.
Tamaaaatttt
ajaalah daripada delusi keterusan.
Happy
Birthday Kinalll !!!! I….eh.. We Love
You!!
Sama-sama :3 |
Comments
Post a Comment
Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar