Kedai Baru Seberang Jalan
Aku grad, kalian jangan sedih ya.. |
" Udah habis kok masih jualan sih, mbok? " laki-laki
tersebut masuk ke tenda kedai, kemudian dia duduk di kursi plastik pengunjung.
Sepertinya dia belum sadar bahwa apa yang ada di depannya sekarang adalah
makanan yang belum laku sejak sore tadi.
" Habis gimana tho, le? Lha wong gorengannya aja masih
banyak. " kata simbok sembari menuntun pandangan laki-laki tersebut ke
arah gorengan yang sudah dingin.
" Eh iya. Tumben banget sih, mbok. Biasanya jam segini
gorengannya udah habis. " laki-laki tersebut mengambil gorengan dingin
tersebut dan mengggitnya. Walaupun dia tahu, tempe goreng yang tengah dia gigit
akan sulit untuk dia kunyah.
" Iya, le. Biasanya jam segini tuh ramai banget.
Sampai-sampai kamu sering nggak kebagian gorengan. " kata simbok lemah.
Wajah laki-laki tersebut iba melihat senyum simbok yang tak selebar biasanya.
Dia mengambil lagi gorengan yang ada di depannya dan berharap agar simbok
tersenyum. Walaupun dia tahu bahwa gorengan hari ini cukup menguras energinya.
" Rejeki memang udah di-atur, mbok. Yang penting kan udah
usaha. " sembari kesulitan mengunyah gorengan yang tengah dia makan,
laki-laki tersebut tetap mencoba menghibur simbok.
" Iya , le. Mungkin hari ini emang udah rejekinya warung itu.
" kata simbok menunjuk sebuah kedai baru yang berada di seberang jalan.
Spontan, laki-laki tersebut melemparkan pandangannya ke arah yang ditunjuk
simbok.
" Warung baru ya, mbok? Kemarin nggak ada deh. "
" Iya, le. Tadi pas simbok sama pakdhe bikin tenda, warung
itu udah buka, dan rame banget. Padahal baru hari pertama. Malah tadi simbok
juga melihat pelanggan-pelanggan simbok nongkrong di situ. " terang
simbok. Memang benar apa yang dikatakan simbok, warung baru tersebut terlihat
banyak sekali pembelinya. Bahkan kalau boleh menilai, warung simbok lebih
terlihat bagus dibanding warung baru tersebut. Entah apa yang membuat warung
tersebut mempunyai kelebihan tersendiri dibanding warung simbok. Pikiran laki-laki
itu berkecamuk memikirkannya.
" Ya nggak papa lah, mbok. Biasa kalau ada warung baru pasti
banyak pembeli yang coba-coba dulu. Nanti juga datang ke sini lagi mbok. Simbok
yang sabar aja. " laki-laki tersebut mencoba menghibur simbok lagi.
" Apa simbok berhenti aja ya, le? Simbok kan udah tua.
Anak-anak simbok juga udah pada kerja. " pikir simbok.
" Ya jangan dong, mbok. Nanti warung itu tambah rame. Simbok
kalah saing dong sama dia. Tapi terserah simbok sih. " kata laki-laki
tersebut sedikit menjernihkan pikiran simbok.
" Oh iya, le. Mau simbok bikinin apa? "
" Teh anget manis aja, mbok. " jawab Nofri. Iya,
laki-laki tersebut bernama Nofri. Dengan sigap, lalu simbok membuatkan pesanan
Nofri. Setengah menit kemudian, segelas teh manis anget sudah berada di depan
Nofri. Cepat-cepat Nofri meraih teh miliknya dan menghisapnya untuk membasahi
kerongkongannya yang terasa lengket. Tempe goreng hari ini cukup membuat
kerongkongannya berminyak.
Setelah berbincang-bincang lama sekitaran 30 menit, akhirnya Nofri
memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalananya pulang ke rumah. Dan selama
itu juga, tidak ada satupun pembeli yang mampir ke kedai simbok. Yang ada
hanyalah Nofri yang duduk di depan simbok yang lemah.
Setelah membayar beberapa uang, Nofri berpamitan dan keluar dari
tenda sepi itu. Tenda sepi yang sebenarnya lebih bagus dibanding dengan kedai
baru itu. Padahal kedai simbok lebih luas dibanding kedai baru itu. Tapi kenapa
kedai itu banyak pengunjungnya? Atau mungkin kedai baru itu lebih nyaman? Dalam
pikirannya muncul banyak pertanyaan.
Sedetik kemudian, dia memutuskan untuk mampir ke kedai tersebut.
Dia tidak mau pulang dengan rasa penasaran yang tiba-tiba menghampirinya. Dia
ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Jadi dia bisa beritahu ke simbok nanti.
Jelas, tanpa sepengetahuan simbok, Nofri diam-diam masuk ke tenda
kedai baru itu. Di balik tenda tersebut terlihat beberapa manusia kelaparan
yang sedang menikmati pesannanya. Ada yang sedang melahap nasi kucing, nasi
goreng, dan ada juga yang hanya menikmati secangkir kopi panas. Selain itu di
meja terdapat banyak gorengan panas tertumpuk di atas baskom, dan dua penjual
yang tengah sibuk melayani pembeli.
" Silakan, mas. Gorengannya masih panas lho. " sapa
salah satu penjual kedai tersebut merusak lamun Nofri.
" Eh..iya, mbak. " kata Nofri sedikit kaget mendengar
suara lucu gadis berponi sempurna itu. Segera Nofri duduk di kursi tepat depan
baskom gorengan, sate ayam dan tentunya tepat di depan gadis manis tersebut.
Tapi kali ini Nofri masih malu untuk menatap gadis tersebut lebih dalam.
Pandangannya dia kunci ke arah berbagai makanan di depannya.
" Minumnya apa, mas? " tanya gadis berponi tersebut
yang sukses membuat pandangan Nofri teralihkan ke padanya. Dengan senyumnya
yang manis, dia menunggu jawaban Nofri.
" Er.anu, mbak. Teh anget, tapi tawar aja ya, mbak. " jawab Nofri, lalu kemudian mengambil gorengan di depannya.
" Tunggu ya, mas. ", jawabnya singkat. Cepat-cepat,
gadis tersebut mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan seduhan teh dan air
panas. Tapi untuk kali ini, Nofri tidak mau ada gula lagi di tehnya. Karena dia
percaya, terlalu banyak minum teh manis akan menganggu kesehatannya. Apalagi
dia masih 20 tahun, dia tidak mau mengidap penyakit yang tidak-tidak di usia
tuanya nanti.
Tidak butuh waktu lama yang diperlukan gadis itu untuk menyiapkan
pesanan Nofri. Hanya sekitaran 15 detik, segelas teh anget tawar telah berada
di hadapan Nofri. Lebih cepat dibanding simbok. Mungkin faktor usia. Ya memang
seharusnya simbok sudah berhenti berkerja. Simbok sudah tua, beliau harus
menikmati masa-masa tuanya.
" Ada lagi, mas? " suara lucu itu terdengar lagi,
sukses merusak lamun Nofri untuk kedua kalinya.
" Oh..udah nggak. Maksudnya.. cukup ini dulu aja. " gadis tersebut tersenyum menyambut jawaban tak sempurna Nofri, kemudian
tenggelam dengan kesibukkannya melayani pelanggan lain. Sejalan dengan itu,
Nofri meraih gelasnya dan dengan hati-hati dia mencoba untuk menghisap teh
tawar tersebut.
Tepat saat dia menelan teh tawarnya, dahinya mengernyit. Dalam
pikirannya muncul satu pertanyaan lagi. Sedikit ragu, dia memanggil gadis
berponi tersebut.
" Mbak... " panggil Nofri agak tinggi.
" Iya, mas. Ada apa? " gadis tersebut menoleh ke arah
Nofri.
" Saya kan tadi pesennya teh tawar. Tapi kok manis ya, Mbak?
" tanya Nofri bingung.
Gadis tersebut tersenyum, ujung bibirnya tertarik berlawanan
dengan sempurna dan kemudian menjulurkan tangannya ke depan Nofri. Sedangkan
Nofri, dahinya semakin mengeryit. Dia tidak tahu apa maksud gadis lucu
tersebut. Namun entah kenapa, tangan Nofri menyambut tangan gadis tersebut
dengan ramah. Dia menjabat tangannya sekarang.
" Kenalin, mas. Seperti gula, ceriakan dunia. Namaku
Cindy Gulla. Panggil saja Cigull " Cigull tersenyum. Kali
ini senyumnya semakin lebar, giginya yang rapi terlihat oleh Nofri. Sedangkan
Nofri, dia masih mematung. Dia tak percaya, ternyata Cigull lebih manis
dibanding teh buatan simbok. Dalam hati dia hanya manggut-manggut dan
berpikir....
" Tidak ada teh tawar di dunia ini, selama yang buatin
Cigull. " batin Nofri mantap. Tapi bagaimana dengan simbok? Sepertinya
Nofri sudah jatuh hati dengan gadis ini.
" Memang benar, simbok harus istirahat. Akan aku beritahu dia
besuk. " tambah Nofri kepada dirinya sendiri.
" Saya, Nofri Fanesa. " giliran Nofri memperkenalkan
diri. Sejalan dengan itu mereka berdua saling melemparkan senyum, dan
membiarkan segelas teh tawar yang entah kenapa rasanya manis, menjadi saksi
perkenalan mereka di malam indah itu.
sedikit komentar ya ehehe, basicly ini cerita yang bisa jadi "manis" sebenarnya
ReplyDeletecuma kalo aku liat dari si karakter ini, gak keliatan jelas tujuannya apa
kalo dalam penulisan cerita itu kan perlu ada "unsur dramatik" karakter-tujuan-konflik. Karakter kamu udah jelas, tapi tujuannya masa cuma minum teh aja, atau kenalan sekedar kenalan ehehe
Hahaha. Thanks banget ye bang masukannya. Sebenarnya ini bukan cerpen sih bang. Lebih ke Flashfiction. Cuman flashfiction yang panjang. hahaha. Iye nih, kagak jelas emang konfliknya di mana. Mungkin emang kagak ada konflik. Intinya sih cuma ngasih tau penyebab kenapa warung baru itu menjadi lebih rame dibanding warungnya simbok.
Delete