Secarik Kertas Penuh Harapan
Penat sekali waktu itu. Seperti pertengkaran cinta yang tiada pernah ada akhirnya. Aku mencoba merebahkan tubuhku dan bersandar di dinding depan kelas. Sesekali ku menatap kiri dan kanan, dan tak ada manusia yang datang. Memang, bel tanda sekolah berakhir sudah lama dikumandangkan. Dan aku masih duduk di sini, sembari menatapi jalannya arus linimasa di twitter.
Tiba-tiba, sosok pemilik rambut lurus berponi pun datang mendekat. Siapa perempuan itu? Aku tak pernah melihatnya. Dalam hati bertanya-tanya, kenapa bisa dia sesempurna itu? Aku tak bisa memandangnya dengan penuh perasaan. Tidak mungkin. Aku bukanlah laki-laki yang teramat begitu.
Namun, untuk hari ini beda. Aku seperti laki-laki yang teramat begitu. Pesonanya mampu menggetarkan hatiku, dan memerintahkan mulutku untuk menyapanya.
"Hai.", mulutku hilang kendali.
"Hai?", sapanya
Ku ambil secarik kertas dan kutuliskan nomor handphoneku.
"Ini untukmu. Call me maybe.", keberikan secarik kertas itu padanya.Bertuliskan angka-angka yang penuh akan pengharapnku di dalamnya.
"Baik. Aku akan menyimpanya.", jawabnya dengan senyum.
Lalu kemudian, perempuan itu melanjutkan perjalanannya. Membawa secarik kertas dariku yang penuh akan harapan.
"Hai.", mulutku hilang kendali.
"Hai?", sapanya
Ku ambil secarik kertas dan kutuliskan nomor handphoneku.
"Ini untukmu. Call me maybe.", keberikan secarik kertas itu padanya.Bertuliskan angka-angka yang penuh akan pengharapnku di dalamnya.
"Baik. Aku akan menyimpanya.", jawabnya dengan senyum.
Lalu kemudian, perempuan itu melanjutkan perjalanannya. Membawa secarik kertas dariku yang penuh akan harapan.
Comments
Post a Comment
Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar