Satisfy Answer
Entah kenapa. Selalu saja begini.
Bahuku selalu saja terangkat saat dia menatap ke arahku. Jantungku serasa
seperti keluar dari peradaannya setiap dia melempar senyum ke arahku.
Ada apa ini? Rasa ini seperti tak
biasa? Apakah aku menyukainya.
Tidak mungkin. Dia adalah temanku,
mana mungkin aku mengubah kedekatan kami selama ini menjadi sebuah perasaan
cinta.
Walaupun dalam hati aku mengiyakan
kemungkinan tersebut.
Tapi, pastilah konyol jika itu
terjadi.
Tatapannya selalu saja membuatku
merinding, padahal dia bukan hantu. Lirikannya begitu indah, padahal dia bukan
bunga matahari di pagi hari.
Ah tidak, apakah aku benar-benar
menyukainya.
Tunggu dulu, sekarang dia
menghampiriku. Langkahnya yang terbilang gagah itu satu persatu membawanya
mendekatiku yang tengah duduk di kursi panjang sisi ruangan latihan.
“Kamu ngapain malah duduk di sini, Ve
? Kamu harus ikut latihan bareng kita buat theater besuk,“ katanya ketus. Seperti
biasa, bawel.
Namun, dibalik perkataanya yang ketus
dan bawel tersebut selalu terselip pemadangan bibirnya yang tampak seksi dan
menakjubkan untuk dilihat.
“Bentar. Aku istirahat dulu, “ kedua
tanganku memegang kedua lututku yang pegal. Sambil meringis untuk menyakinkan
Kinal bahwa memang aku butuh istirahat untuk sekarang ini.
“ Kamu nggak capek emang ?” tanyaku
balik.
Dia menggeleng, sembari menarik lengan kananku untuk berdiri bersamanya.
“ Ayolah. Semangat, Ve. Kita harus
nampilin performa yang paling bagus untuk fans, “ katanya menggugah. Tangannya
mengepal di hadapanku. Sebuah pancaran bak pejuang perang untuk kesekian
kalinya muncul dari tubuhnya.
Aku melihat benar binar semangat dari
kedua matanya, serta senyuman yang selalu saja membiusku untuk mengiayakan
ajakanya. Entah binar apa itu, tapi yang
jelas dia begitu serius menyemangati.
“ Jangan sampai fans kita kecewa. Terutama
… “ katanya terpenggal. Dia tidak menyelesaikan perkataannya.
Sejurus dengan itu, aku mengangkat
sebelah alisku.
“ Terutama apa ? “ aku mengerungkan
tatapanku padanya. Menusuk tajam ke arah wajahnya yang memerah.
Dia salah tingkah.
“ Ah, apa sih. Sudahlah, ayo! “
jawabnya kemudian, sembari menarik tanganku kembali menuju ke tempat latihan.
“ Maksud Kinal apa coba ? “ batinku.
***
Setelah latihan usai, aku bergegas
untuk mengemasi barangku. Begitu juga dengan Kinal yang turut membantuku
mengemasi barang yang tergeletak di dalam loker. Sungguh baik sekali dia.
“ Baiklah. Semua sudah masuk, nggak
ada yang ketinggalan kan, Ve ? “ ujarnya.
Aku mengendikan bahu.
“ Mungkin nggak ada, “ jawabku ragu.
“ Ya sudah, kita pulang sekarang, “
katanya, sembari kemudian menggenggam tanganku. Menuju parkir berdua bersama.
Ya Tuhan, mungkin ini biasa untuk
orang lain. Tapi sungguh, aku seperti diberikan surga saat kepala dia bersandar
di pundakku. Rasanya ingin sekali aku mencium harum rambutnya yang lembut
tersebut. Bahkan saat dia menggenggam tanganku – seperti sekarang ini – ,
rasanya ingin sekali aku mengangkat tangannya dan mencium punggung tangan
kirinya. Layaknya aku yang menjadi pangeran pujaannya. Ya walaupun kenyataannya
dia lebih ‘laki’ daripada aku yang pemalu ini.
Tapi yang jelas dan konyol – bahkan bisa
dibilang gila - , aku sudah mencintai jiwa kepemimpinannya.
Seperti biasa, aku selalu pulang
bersama dengan Kinal. Menggunakan mobil berwarna hitam miliknya, sekaligus dia
sendiri yang menyetir mengantarkanku ke rumah.
Namun, ada sesuatu yang masih menjanggal
di dalam pikiranku saat tepat aku mengancingkan sabuk pengaman.
Bermula dari perkataan Kinal tadi - di
tempat latihan – perlahan-lahan mengusik pikiran. Perkatannya yang tak selesai dan
terpenggal tadi sore menjadi sebuah tanda tanya tersendiri untukku.
Ya aku tahu itu tidak penting. Namun
rasa penasaran bukanlah rasa yang bisa aku atur sendiri. Semuanya di luar kontrol
dan aku ingin tahu apa yang ingin dia katakan.
“ Nal ? “ panggilku lirih. Tepat ke
arah samping kananku. Mencoba untuk tidak mengurangi sedikitpun konsentrasinya dalam
berkendara.
“ Ya? Ada Ve ? Kamu lapar ? Kita
mampir ke restoran dulu aja ya kalau gitu ? “ katanya nyerocos, sembari menoleh
ke arahku sedetik.
Ya begitulah Kinal adanya. Hobi
ngomong dan makan. Mulutnya seperti tidak ada urat untuk menghentikan pita
suaranya.
“ Nggak, Nal. Cerewet banget sih, “
ledekku sembari menahan tawa akibat sikapnya barusan.
“ Ya aku takutnya kalau kamu
kelaparan jam segini. Terus kamu nanti sakit, yang sedih siapa coba ? “
terangnya, melirik ke arahku.
“ Siapa ? “
“ Ya Aku lah, Ve. Masa’ Annisa
Cherrybelle, “ dia nyengir.
“ Makanya aku selalu perhatian sama
kamu, “ sambungnya sembari tersenyum.
Mendengar ketulusannya barusan,
membuatku begitu senang. Memang dari sekian banyak member, hanya dia yang bisa
mengerti perasaanku. Entah saat aku sedang senang, atau mungkin saat bersedih,
dia selalu bisa mengisi relung hatiku yang kosong. Bahkan pernah terbesit di pikiran
bahwa suatu saat aku sama sekali tidak akan membutuhkan seorang laki-laki.
Karena yang aku butuhkan sekarang hanyalah
dia. Dia yang selalu berada di sampingku.
Ah, hatiku sangat lemah. Bisa saja
aku menangis di mobil ini sekarang.
Aku hanya bisa diam, mencoba mengatur
nafasku dan mengontrol suasana haru dalam hatiku.
Andai saja dia laki-laki, pasti sudah
aku jadikan kekasih sekarang.
Ah sial, kenapa aku jadi seperti ini.
“ Kok diem ? Mau ngomong apa tadi ? “
ucapnya merusak lamunku di samping joknya.
Kuputar otak kembali. Mencoba
mengingat sesuatu yang ingin aku tanyakan.
“ Hmm.. masalah sore tadi, “
“ Iya, Kenapa ? Sore tadi kenapa ? “ Kinal menatapku dua detik, kemudian kembali
konsentrasi menyetir.
“ Kamu bilang kita jangan sampai bikin
fans kecewa. Terutama … ?” kataku terpenggal, menyisakan nada tanya untuknya.
Dia hanya diam, tak menjawab sama
sekali.
“ Siapa, Nal ? “ tanyaku masih
antusias. Mataku mendelik ke arahnya. Tatapannya yang sibuk menyetir itu
seperti sebuah tatapan palsu yang ingin menghindar dari pertanyaanku.
Jelas, aku akan bertanya apa yang
tengah disembunyikannya.
Mana mungkin aku membiarkan Kinal
mempunyai rahasia dariku, sedangkan aku sendiri tak punya rahasia lagi untuknya.
Semua rahasiaku sudah aku ceritakan padanya.
Mulai dari pengalamanku TK, SD,SMP
dan SMA. Mulai dari yang memalukan dan tidak, semua sudah aku ceritakan.
Jadi, tidak ada lagi hal yang harus
dia sembunyikan dariku.
“ Ayolah, Nal. Jawab aku, “
Namun, lagi-lagi dia tak bergeming.
Dia seperti tuli mendadak. Sikapnya yang cerewet berubah menjadi pendiam.
“ Aku lagi nyetir, Ve. Jangan ganggu
dulu, “ tanggapnya ketus. Nadanya kaku untuk didengar. Membuatku semakin curiga
bahwa memang ada hal yang sedang dia sembunyikan dariku.
Aku mendengus kesal, bibirku
mengerucut.
“ Turunin aku sekarang, “ entah kata
itu spontan saya lepas dari bibirku. Membuat Kinal menoleh dengan cepat.
“ Hah ? Apaan sih, Ve?” kaget Kinal.
“ Turunin aku, “ kataku dengan nada yang
datar, dan raut wajah yang begitu kesal padanya.
“ Nggak. Nggak bisa. “ larangnya. Dia
tetap mempertahankan laju mobil.
“ Ya kalau gtu, jawab pertanyaanku
tadi. “
“ Tadi yang mana ? “
“ Turunin aku ! “ ancamku kembali.
“ Iya deh Iya. Bidadari kok gampang
ngambek sih, “ godanya padaku, mencoba membuat hatiku tenang.
Sedetik kemudian, Kinal menepikan
kendaraannya. Kemudian menatap kedua mataku dengan lekat.
Oh, tatapan itu. Ya pasti kau tahu.
“ Jadi gini, yang aku maksud tadi
sore itu kita jangan sampai bikin fans kecewa, terutama orang tua kita. Sudah.
Puas ? “ jawab Kinal dengan nada yang ngasal.
Setelahnya dia mamasukan gigi dan menginjak
pedal gas mobilnya kembali menelusuri jalan ibu kota.
“ Nggak percaya, “
“ Terserah, “ ujarnya sembari
menggendikan bahu.
Lagi-lagi aku mendengus kesal. Dia
tampak tak menjawab dengan serius. Jawabannya sungguh tidak memuaskanku. Aku
tahu dia pasti bohong. Aku sangat mengenal kau , Nal.
Tepat di depan rumahku, Kinal menghentikan mobilnya. Aku yang masih di dalam mobil masih kekeuh untuk menunutut keadilan.
“ Pokoknya aku gak percaya, “ ucapku
sambil melipat kedua tanganku.
“ Kok gitu sih? “ tanyanya sembari
tersenyum.
Ya senyum itu kini tengah mencoba
membiusku lagi .
“ Ya, sama sekali tidak. Jawabanmu sama
sekali tidak memuaskan, “ jawabku dengan mantap.
Kemudian beberapa detik setelah aku
menutup perkataanku, - entah siapa yang memulai - dia mendekatkan wajahnya ke
arahku. Sampai-sampai aku hampir tidak bisa bernafas melihat wajahnya yang
begitu menggoda. Rasanya seperti seluruh oksigen di sekitar menjadi miliknya.
“ Jadi kamu pengen jawaban yang
memuaskan? “ katanya lirih. Bahkan hampir tak bersuara.
Aku tak bisa menjawab. Tubuhku sudah
terlanjur panas dingin dibuatnya, dan entah kenapa tiba-tiba saja dalam satu
tarikan nafas, bibirku yang mungil ini dikecup Kinal dengan tiba-tiba. Aku ikut
terpejam bersamanya.
Terpejam bersama alunan bibirnya yang
memanjakan. Mendengar setiap nafasnya yang tidak teratur, merasakan hembusan
karbondioksida ke arah pipiku.
Menikmati setiap gerakan bibirnya yang
tengah menghisap bibirku dengan buas. Lidahnya, yang nampak mencari celah, mencoba
mecari lidahku yang sembunyi di dalam bibir.
Entah kenapa aku menuruti ambisinya.
Aku membuka mulutku perlahan-lahan dan menjulurkan lidahku untuk beradu, lalu terpejam
dibuai belaian lidahnya.
Sesekali bibirnya menjepit bibir
bawahku kemudian atas, dan lalu menjalar ke bagian leher yang sepertinya sudah
sangat menggiurkan untuknya.
Dia memang pernah bilang bahwa aku
adalah satu-satunya member yang mempunyai leher termulus dari seluruh member. Dan
mungkin malam ini lah kesempatan baginya untuk menikmati apa yang pernah dia
katakan padaku.
Argh..
Aku mendesah lirih, dia berhasil membasahi
leherku sekarang.
Dia sangat liar sekali ternyata.
Nafasku terengah-rengah, begitu juga
dengan dia. Aku bisa mendengar desahannya dengan kedua telingaku. Pertautan
lidah dan bibir kami, cukup membuat kami berdua kehabisan nafas.
“ Kamu kenapa melakukan ini, Nal ? “
Aku melepas sejenak. Setidaknya untuk
membiarkan dia menjelaskan alasannya melakukan ini semua. Memang aku sangat
menikmati, namun aku juga harus tahu maksud dari semua ini.
“ Kamu bilang, ingin jawaban yang
memuaskan bukan ? “ jawabnya singkat dan kemudian mendorong bibirnya melumat
bibirku kembali.
Kali ini aku tidak bisa berbuat
apa-apa. Aku tak bisa mengelak. Aku membiarkan apapun yang ingin dia lakukan
padaku sekarang.
Yang bisa aku lakukan sekarang hanya
menuruti permainannya, dan bersender di pintu mobil yang terkunci.Sementara
itu, tubuhnya kini sudah tepat di atasku, dalam satu jok mobil yang sama.
Kali ini tangannya turut aktif
memegangi tubuhku. Punggung, rambut, bahkan sampai dadaku dia raba dengan kedua
tangannya. Kali ini dia menjelma menjadi lebih liar dari sebelumnya.
Aku lemah, aku tak bisa melawan
kehendakknya, dan aku hanya bisa mendengar bisiknya saat kami bercumbu ria di
dalam mobil.
“ Jawabannya itu ya kamu. Aku tidak
ingin kamu kecewa dengan penampilanku, “ lirih Kinal sambil sesekali mendesah.
Sementara itu aku tak lagi ambil
pusing dengan jawabannya yang dia katakan. Aku sudah terjebak dalam situasi
seperti ini. Karena masalah yang ada di
pikiranku sekarang adalah bajuku yang sangat menganggu.
Rasanya ingin sekali aku melepas
bajuku, dan melepaskan bajunya.
Segera saja aku mendorong tubuh Kinal
ke belakang, sampai dirinya tersungkur
ke atas jok mobil bagian belakang.
Dia tersenyum melihat diriku yang tak
ingin kalah liar dibanding denganya.
“ It’s my turn, honey “ ucapku
sembari kemudian menindih tubuhnya.
Kubulatkan tekadku untuk membalas cumbuannya.
Kulihat sebentar lehernya yang tampak menggiurkan dan kemudian menjadikannya
sebagai objek amukan. Membalas ciuman lehernya dan menjalar ke arah pipinya,
hidungnya, bahkan semuanya yang ada di wajahnya aku nikmati sesuka hati.
Sedangkan Kinal, kulihat dia tampak
terpejam dengan keganasanku. Dia hanya mendesah lirih, merasakan suguhan yang
memanjakan untuknya.
Mendengar lirih desahannya yang
berulang-ulang, membuatku cukup iba melihatnya. Namun ini bukanlah variety show
, ini adalah drama romansa yang begitu menakjubkan untukku sendiri.
Bahkan sebagai pemeran utama drama
tersebut, aku seperti tak membutuhkan kostum sama sekali. Rasanya ingin melepas
semua benang yang menempel di tubuhku, dan membiarkan Kinal meraba apa yang dia
minta.
Kedua tangannya sekarang masih saja
liar meraba semua permukaan dan mencari bagian sensitif yang ada pada tubuhku.
Padahal lehernya sudah memerah, namun
dia masih saja mampu menyaingi permainanku.
“ Kau sangat kuat, Nal, “ kataku setelah
dia berhasil menemukan titik sensitifku. Aku medesah pelan.
“ Aku ini kapten, Ve. Ahh… “ katanya
terpenggal dengan desahannya yang tak tertahankan.
Aku mencoba untuk membuka pakaiannya
dan begitu juga dengan dia yang mencari celah untuk membuka bajuku.
Sampai kemudian, kami benar-benar
pada puncaknya dan menikmati momen itu selama sekitaran setengah jam, dan
selama itu juga aku menyadari bahwa bercumbu dengan sesama jenis tidaklah buruk
yang selama ini orang-orang bayangkan.
Bahkan aku ingin melakukannya lebih
lama dari ini.
Aku tak menyangka semua ini bakalan
terjadi pada diriku dan Kinal. Di tengah gelapnya malam dan mobil yang hanya
bisa bungkam.
“ Bagaimana, Ve ? jawabanku sudah
cukup memuaskanmu ? “ tanya Kinal sembari merapikan rambutnya yang berantakan,
setelah sebelumnya mengaitkan kancing bajunya.
Aku hanya bisa tersenyum. Mengangguk
di depannya.
“ Makasih, sayang. Aku sangat puas
sekali, “
“ Sama-sama, sayang “ jawabnya,
sembari sebelah tangannya mengusap rambutku yang terasa kasar dan kusut
sekarang.
Sekali lagi, sebelum aku keluar dari
mobil dia mengirinkan satu kecupan untukku. Tepat di bibirku yang sudah sangat
kelelahan.
“ Jangan lupa sholat, ya sayangku, “
kata Kinal.
“ Lah, aku kan Kristen, “
“ Oh iya, “ dia menepuk jidatnya dan
kemudian tertawa bersama.
Sampai kemudian, aku benar-benar
keluar dari mobilnya dan melihatnya pergi meninggalkanku - di depan gerbang
rumahku sendiri -.
Rasanya tak rela juga membiarkan dia
pulang sendirian ke rumahnya, terlebih lagi ini sudah larut malam. Aku ingin
dia menginap di kamarku sehari ini saja.
Ah sial, seharusnya aku memintanya
sejak tadi pas di mobil.
Tiba-tiba saja, saat aku tengah
memikirkannya, ponsel di dalam sakuku berdering. Aku merasakan getar yang cukup
membuat lamunku terbuyarkan.
Sebuah pesan singkat, baru saja masuk
ke dalam ponsel milikku.
Sebuah pesan dari Kinal, sahabat yang
membuat leherku memerah sekarang.
“ BESUK LAGI YA, “
Tulisnya, membuatku tersenyum
membacanya.
“ JANGAN LUPA AJAK NAOMI, YA. “
tulisku untuknya.
Ahahanjes sakit nih =))
ReplyDeleteNamanya juga fanfict Yuri :))
Deletewkakaka bagus nih :D
ReplyDeletedi tunggu lah yang versi andelaine sama gremids~ jadi cerita berseri atau adegannya lebih ekstrim dr ini mungkin lebih asik.. ditunggu yaa om kwkwk
Buseett endingnya gak ketebak banget
ReplyDeleteBunda omi dibawa2 juga hahah^^
Gimana jadinya tuch badai ketemu tsunaomi??
kisut -,-
ReplyDeleteastaga endingnya ngakak wkwkwkwkwk. threesome dong? :))
ReplyDelete