Aku Sangat Mencintaimu
Siapa bilang dirimu itu tak bisa kumiliki. Bahkan jika tak boleh sekalipun, aku akan membawamu ke suatu tempat yang sunyi sepi.
" Kau tahu, aku sangat mencintaimu, " sebuah kalimat tersebut sejak dulu selalu saja kuucapkan. Namun telinganya seperti tak mengerti bahwa ucapanku tak pernah sedikitpun berdusta.
" Aku juga sangat mencintaimu, "
" Tapi mengapa kau menolak untuk pergi bersamaku? " tanyaku dengan seribu kekesalan yang menumpuk di dalam otak. Membuat kedua telingaku memerah.
" Aku tidak mau membuat orang tuaku marah. Aku tidak mau durhaka kepada mereka. " sebuah omong kosong terucap dalam bibirnya yang tipis.
" Bohong ! " pekikku menyentuh kedua pundaknya. " Omong kosong ! " dia membuang pandangan. " Jika memang kau mencintaiku, kau harus ikut denganku, " ucapku melekat ke arah matanya yang berkaca-kaca.
" Aku tidak bisa, "
" Kenapa ? " pekikku kembali dengan memperat cengkeramanku terhadap kedua pundaknya. " Kau harus bisa menjelaskan alasannya kepadaku. "
" Tolonglah. Aku memang mencintaimu. Tapi bukan berarti aku harus pergi bersamamu, bukan ? " dia menjelaskan dengan rasa gugup yang mendalam. Aku melirik sinis ke arahnya.
" Kau mau dijodohkan dengan laki-laki pilihan Bapak-Ibu mu itu ? Hah ? " gertakku. Membuatnya sedikit terkejut.
Kinal menggeleng, " Tidak. Sama sekali aku tidak menyukai laki-laki mesum itu. "
" Kalau memang demikian, kenapa kau masih bersikeras untuk tetap tinggal dan menolak ajakanku untuk tinggal bahagia bersama? Kita akan menikah nanti di luar negeri, " sekali lagi aku mencoba menyakinkan. Meski dirinya mungkin tak akan pernah lagi merasa yakin dengan ucapanku.
" Kau sudah gila? Aku tidak akan menikah denganmu. Kita ini sejenis, Ve! " umpatnya dengan keras, membuat tanganku menarik pelatuk dengan sendirinya. Membuat nafasnya perlahan terhenti dengan peluru yang bersarang di dadanya. Membuat bercak darah merah menodai bajunya.
" Maafkan aku, Nal. Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku, " ucapku seraya melepas tali yang mengikat tubuh serta kedua tangannya.
" Sekali lagi maafkan aku, " kataku lagi mengecup bibirnya yang beku.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete