Interview
Duduk
berdua. Berdampingan. Salah satu darinya menggenggam sebuah mic. Sepasang
telinga telah mereka pasang dengan benar. Begitu juga dengan sorot matanya yang
tak kalah fokus dengan beberapa lensa yang membidiknya kini.
Sebuah
interview dari salah satu media terkemuka tengah berlangsung sekarang, tepat di
teather kebangsaan JKT48.
“
Saudari Kinal, “
“
Ya? “
“
Bagaimana pendapat anda tentang Live Streaming yang akan dihelat saat Pajama
Drive Revival Show nanti ? “
Seorang
wartawan menghentikan perkataanya, kemudian memberikan kesempatan untuk gadis manis
berambut sebahu menjawab pertanyaan yang dia ajukan.
“
Kita nggak bisa main-main lagi deh, harus banyak latihan. Jadi makin kepikiran.
Karena biasanya cuma ditonton orang-orang yang biasa ke teather. Tapi nanti
seluruh Indonesia bakal nonton. Jadi kita lebih deg-deg an lagi,” jawab Kinal lancar,
dengan semburat senyum khas yang terselip di sudut bibirnya yang menawan.
Wartawan
hanya menggaguk sedikit, kemudian membidik kembali sebuah buku kecil yang
digenggamnya.
“
Kemudian untuk saudari Ve, apakah ada persiapan khusus untuk pertujukan sakral
nanti ? “
Wartawan
menunjuk tubuh Veranda. Sementara Kinal memberikan microfon yang ada pada
dirinya kepada sahabatnya yang tampak tengah meresapi pertanyaan yang
dilontarkan.
“
Jawab yang lembut ya, Ve, “ bisik Kinal nyaris mencium telinga, saat mengalihkan
mic ke tangan Veranda.
Tiba-tiba
saja tubuh Ve merinding saat bisikan yang lembut itu menjalar ke dalam tubuh.
Membuat syaraf motoriknya mati sedetik. Cepat-cepat dia tersenyum untuk menutupi
rasa yang selalu saja tak biasa saat Kinal melakukannya.
“
Kalau persiapan khusus sih nggak ya. Tapi kita tetap berlatih, karena kalau
nanti nggak bisa kan jadi mengecewakan fans yang sudah dukung kita, “ jawab Ve dengan
suara khas pesanan Kinal. Sangat lembut bagaikan hilir angin senja.
“
Meski kadang show di luar, kita tetap latihan, “ tambah Kinal menguatkan
pernyataan Ve, tepat setelah dirinya mendekatkan mulut ke arah microfon yang Veranda
pegang.
Lalu
menarik bibirnya kembali dengan mengecup pipi Veranda yang menggemaskan.
Oh
tidak, seharusnya Kinal tidak melakukan itu sekarang. Apalagi di depan wartawan
yang tengah mewawancarai mereka berdua seperti sekarang ini.
Bisa-bisa
hubungan yang selama ini mereka sembunyikan, terkuak negatif di hadapan publik.
Memunculkan sebuah berita yang sama sekali tak pernah mereka harapkan.
Semoga
saja itu tidak akan terjadi
“
Biasa aja ya. Kita biasa gini kok. Tapi jangan kasih tau orang lain, ” pinta
Kinal saat memandang wajah wartawan yang beralih gusar. Padahal badannya sendiri
juga panas dingin sekarang.
“
Oke. Tenang aja. Hal kek gitu wajar kok, apalagi sama temen sendiri, “ jawab wartawan
dengan sebuah anggukan. Anggukan terpaksa berhias senyuman manis untuk mereka
berdua yang tampak mati gaya.
“
Lanjut ya, “ sorot mata wajah teralihkan kembali ke arah buku catatannya.
Sementara
itu Kinal mengangguk mengiyakan. Tak ada lagi yang bisa dia perbuat selain diam
untuk sementara waktu dan mengatur nafas bersama Veranda yang baru saja
diciumnya.
“
Hm.. sebenarnya apa perlu sih Live Streaming untuk JKT48 ? “ kata wartawan
memulai kembali interview.
“
Perlu banget lah. Iya kan Ve? “
“
Iya, bener kata Kinal. Live streaming ini tuh merupakan satu kemajuan bagi
JKT48. Mungkin dengan streaming ini nanti bikin orang-orang belum kenal, jadi
tahu kalau JKT48 punya teather sendiri. Mereka penasaran terus nyobain ke
teather, “ kata Ve memperjelas dengan suaranya yang lagi-lagi lembut dan selalu
saja lucu untuk didengar.
Untuk
kesekian kalinya, wartawan mengangguk mantap dan membidik kembali buku
catatannya. Lalu melirik kembali ke arah gadis di depannya.
“
Oke. Jadi kalian berdua ini masuk ke dalam unit song apa?” tanya wartawan
kembali sembari menatap sibuk ke arah seifuku yang membalut rapi tubuh mereka
berdua.
Seifuku
dominan putih, dengan desain memperlihatkan kedua pundaknya yang menawan. Sekaligus
sebuah ekor yang menempel di bagian belakangnya, membuat kesan lucu untuk
mereka bedua yang mengenakan.
“
Tenshi No Shippo,”
“
Kalau bahasa Indonesia artinya ekor malaikat. Lucu banget deh pokoknya, “
tambah Kinal ceria.
“
Iya, lucu banget. Apalagi yang jadi center itu Kinal, “ tambah Ve sembari
melirik genit ke arah Kinal yang antusias.
“
Apasih, Ve. Lucuan kamu kok, “ cubit Kinal.
“
Nggak, lucuan kapten Kinal, “
“
Lucuan kamu, “ Kinal menyenggol lengan Ve sekarang.
“
Lucuan Kinal, “
“
Aku cium lagi lho kalau kamu masih bandel ? “
“
Sudah-sudah. Kalian kenapa ribut sendiri sih? “ lerai wartawan sembari menggelengkan
kepalanya. Mengambil kendali atas perbincangan kekanak-kanakan mereka.
“
Maaf, “ kata Ve pelan.
“
Jadi siapa yang paling lucu sebenarnya ? “
“
Kinal “
“
Ve “
Mereka
berdua kompak menunjuk lawan mereka masing-masing. Membuat wartawan terkekeh
melihatnya.
“
Oke cukup. Kalian semua lucu,” putus wartawan, seraya mengalihkan pandangannya
kembali ke arah buku kecil di tangannya.
Kemudian
sang wartawan membenarkan posisi duduknya. Sementara Kinal dan Veranda mematung
menanti pertanyaan berikut.
“Kalian
ini ditempatkan di unit song tersebut, berdasarkan voting fans kan ? “
Kinal
dan Ve mengangguk kompak. Mengiyakan
terkaan sang wartawan yang terbalut dengan jaket hitam dan topi bak sutradara
di atas kepalanya.
“
Iya betul, “
“
Er.. tapi .. “ Kinal.
“
Ya? “
“
Sebenarnya sih, aku pengen masuk Temodemo. Tapi Ve maksa aku buat masuk unit Tenshi
No Shippo bareng dia, “
“
Bohong! “ sanggah Ve.
“
Ye, masak lupa sih, Ve ? Kamu sendiri yang maksa aku buat kode fans biar kita
se-unit, terus kalau nggak se-unit kamu mau mogok makan dua minggu. . “
“
Hey, yang itu jangan diomongin, “ pukul Ve manja ke arah lengan Kinal.
“
Bener kan? “
Ve
tak bisa berkata lagi. Apa yang dikatakan Kinal memang benar. Bahkan dalam
hatinya menyetujui hal tersebut. Tapi kenapa Kinal tega membocorkan itu semua?
“
Jangan dipublish ya , kak, “ pinta Veranda, yang diikuti oleh sebuah anggukan
wartawan.
“
Oke, “ setuju wartawan untuk kesekian kalinya.
Setelah
semua pertanyaan terlontarkan, selesai sudah interview yang memakan waktu sekitaran
lima belas menit tersebut.
“
Terima kasih sudah memberikan informasi kepada kami. Semoga acaranya nanti
sukses, “ kata wartawan menjalarkan tangannya ke arah Ve dan Kinal.
“
Terima kasih juga atas doanya, semoga kakak sehat selalu, “ kata Kinal seraya berjabat
tangan.
***
Secangkir
kopi panas telah berada di depannya. Membentuk siluet bayangan uap di atas
cangkir yang berdiri kokoh di meja kafe. Bersamaan dengan itu, sebuah panggilan
telepon tiba-tiba masuk. Menggetarkan ponselnya yang sengaja dia letakan di
meja.
“
Gimana ? “ tanya seseorang dari seberang telepon. Membuat laki-laki yang
mendengar suara tersebut mengerucutkan kedua alisnya yang tebal.
“
Hmm.. sorry. “ jawabnya ragu.
“
Sorry ? “
“
Iya, aku nggak tega sama mereka, “ laki-laki tersebut memperjelas perkataannya
barusan.
“
Kok gitu sih, aku kan udah bayar kamu, “
“
Berat banget, Mar, “ laki-laki tersebut memijat dahinya.
“
Tinggal ngomong ke Kinal kalau Veranda suka main ke rumah Ghaida apa sulitnya
sih? “
“
Tapi itu fitnah. Aku nggak tega ngerusak pertemanan mereka, “
“
Tapi … “
“
Cukup, Mar. Mendingan kamu nyerah aja deh. Ve dan Kinal itu udah saling
menyayangi. Nggak mungkin deh Ve akan berpaling ke Ghaida. “ ujar laki-laki tersebut
dengan mantap.
“
Karena mereka, sudah ditakdirkan untuk selalu bersama,“ tutup sang wartawan.
- end -
Nb : Flash fiction ini terinspirasi dari artikel ini
Comments
Post a Comment
Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar