Posts

Showing posts from April, 2014

Never Let You Hurt ( Part 4 )

Image
Senja telah datang ke dunia. Mewarnai angkasa dengan sinar jingganya. Udara luar yang mengalir membelai lembut kulit keringku, membuat suasana teras rumah terasa sangat menyenangkan. Aku sendiri duduk di kursi teras, menggeggam sebuah buku fiksi yang sering menemaniku akhir-akhir ini.  Mungkin dengan cara inilah, segala penat seharian akan sirna dibawa angin senja. Bahkan aku sendiri tak peduli dengan apa yang dikatakan Bu Melody tadi pagi. Karena membaca sudah menjadi hobi. Tak ada yang bisa mencegahku untuk menyudahinya.

Never Let You Hurt ( Part 3 )

Image
Ya Ampyunn eneng Depi ~ Malam berbalut angin dingin. Udara yang berhembus di luar memang cukup membuat tulang-tulang manusia membeku. Entahlah, padahal seharian ini tidak hujan, tak juga mendung dengan awan hitam yang tebal, namun angin yang bergentayangan masuk melewati celah-celah ventilasi rumah telah memaksaku untuk membalut tubuhku dengan selimut tebal. Setidaknya tulangku tak akan beku di ruangan ini. Aku tengah berbaring di sofa, tempat biasa aku menonton televisi di ruang tengah. Sembari menggenggam remote , aku melihat Aryo muncul dari kamarnya. Dirinya sudah terbalut rapi pakian mahal yang biasa dibelinya di distro langganannya. Serta wangin tubuhnya yang menusuk cukup menandakan bahwa malam ini dia akan pergi keluar lagi. Sepertinya Aryo memang dilahirkan untuk gemar keluar rumah. Sungguh berkebalikan denganku.

Walau Hanya Sedetik

Image
Saat langkahnya memulai, aku menutup jalannya dengan tubuhku. Saat dia bergeser hendak melewatiku, aku menahannya lagi. Sungguh, aku ingin dia tetap tinggal dulu. Kedua telinganya harus mendengarku berbicara. Dia mendengus kesal dengan raut wajahnya yang tak secerah dulu. “Mau kamu apa?” katanya ketus. Aku menarik nafas sebentar. “Dengerin aku dulu, Sin ,”  tanpa ragu aku memegang kedua pundaknya. Walau akhirnya dia merasa risih dengan genggaman tanganku yang mungkin dia pikir sudah tak sehangat dulu.

Senyum Segaris Shania

Image
“Aku akan menikahimu. Kelak…” *** Jangan pernah bilang sekalipun bahwa aku adalah manusia yang hobi tidur di kasur. Karena memang jujur, aku bukanlah manusia seperti itu. Aku adalah laki-laki biasa yang setiap pagi buta sudah berdiri dengan mata terbuka. Melangkah keluar dari kamar, mencuci muka dan mengambil sesuatu dari rak sepatu. Ya seperti biasa, aku akan lari pagi hari ini. Matahari memang masih belum tampak. Ayam jantan di kandang tetangga, juga masih gencar meneriakan keperkasaannya. Bahkan udara di luar juga masih terlalu dini untuk kita hirup dengan paru-paru yang kecil. Padahal, kata dokter itu tak baik. Udara pagi bahaya untuk kesehatanmu. Tapi, bukankah lari pagi itu lebih sehat daripada tidur? Ya sebenarnya ada alasan tersendiri kenapa aku mau membuka mata dan lari pagi buta seperti ini. Tapi nanti, kamu pasti akan tahu sendiri.

Never Let You Hurt ( Part 2 )

Image
Senja sudah mulai muncul saat aku melewati gerbang rumah sekaligus mobil ayah yang sudah terparkir di depan. Aku tahu, hari ini Aryo tidak menjemput Kinal, jadi mungkin dia sedang berada di dalam rumah sekarang. Buru-buru aku masuk melewati pintu rumah. Belum sampai aku masuk ke kamar, seseorang bersuara di ruang tamu. “Tumben baru pulang sekolah,” suara tersebut menghentikan langkahku. Aku membalikkan badanku padanya. Terlihat Aryo tengah duduk membaca buku. Aku kira selama ini dia tidak suka membaca.

Never Let You Hurt ( Part 1 )

Image
Halte. Tempat favoritku untuk berteduh. Menghindari terik matahari yang menyiksa, saat waktu pulang sekolah tiba. Aku duduk seperti biasa, di bawah atap halte yang setiap siang menemaniku menanti bus kota, sekaligus menanti seseorang yang telah lama aku puja. Sekitaran satu menit setelah aku duduk di atas bangku halte yang memanjang, sosok tersebut akhirnya datang. Dirinya dari kejauhan tampak perlahan mendekatiku. Rambutnya yang sebahu menari-nari seiring dengan langkah kakinya yang pasti. Bukan, dia mendekatiku bukan karena mengenalku, melainkan karena ingin berteduh juga. Dia juga tidak mau terik matahari membakar kulitnya nanti. Terlebih lagi halte tersebut juga bukan milik ayahku, jadi siapapun boleh berteduh di tempat pemberhentian bus ini. Termasuk dia, wanita penuh pesona.