Posts

Showing posts from September, 2014

Nagoya Castle

Image
Sejak kapan dirinya merasa sesepi itu? Hingga berulang kali tolehan kepala telah banyak dibuatnya. Sepi. Tak ada bunyi ponsel terdengar. Sebuah suara yang dia harapkan mampu menggetarkan telinganya, tak kunjung terdengar. Sebuah pesan yang dia harapkan mampu memenuhi kotak masuk ponselnya, tak kunjung terwujudkan. Jangankan memenuhi kotak masuk, menambah satu pesan pun tak juga. Hanya membuat pemilik ponsel tersebut merasa kesal dan hampir menyerah menanti. Sebuah pesan sudah sejam yang lalu dia kirim. Beribu nafas kesal mungkin sudah terhembus dari rongga hidungnya. Otaknya mulai tak mengerti mengapa gadis yang dia harapkan, tak memberi balasan apapun untuknya. Setidaknya satu huruf sebagai balasan atau mungkin emoji untuk menenangkan hati. Tapi tampaknya, gadis yang diharapkannya tak peduli. Seolah tak mengerti bahwa dirinya sudah sedikit banyak menyakiti hati. Membuat kepala Gracia pusing dan merasa penat belakangan ini. Sekali lagi, Gracia harus kuat dengan kenyataan

Autumn Leaf

Image
" Ada setiap kenangan untuk setiap daun yang gugur dari tangkainya. " Angin di bulan September. Musim gugur telah tiba. Serpihan daun yang jatuh dari pepohonan perlahan menghiasi jalan sepanjang kota Akibahara. Udara berhembus dingin. Mengalir sepoi membelai setiap ujung rambut. Menemani perjalanan pulang seorang gadis bersama sepeda kesayangan. Gadis tersebut tersenyum. Selalu saja tersenyum. Rona wajahnya selalu cerah tatkala musim gugur menyapa. Entahlah, mungkin dedaunan kuning yang berserakan di depan matanya, membawa arti tersendiri untuknya. Membawa kekuatan tersendiri untuk hatinya yang terasa rapuh belakangan ini. Kedua kakinya kompak. Mengayuh sepeda dengan kuat. Pikirannya tak pernah terpusat untuk apa dia mengayuh secepat itu. Tubuhnya terlalu antusias untuk menjalani hari pertama di musim gugur. Menyempatkan sebagian waktu bersama daun malang berjatuhan.

Early Ring

Image
Jauh-jauh aku ke sini. Susah-susah aku mencarimu.  Hanya ingin memberikan apa yang seharusnya milikmu. Sudah sekitaran dua menit lamanya, wanita tersebut tersenyum ke arah Veranda. Membuat tatapan yang riang dan memandang lekat dengan air muka yang seperti ingin memeluk gadis di depannya. Dua menit pula lamanya, Veranda masih tak mengerti dengan wanita yang ditemuinya di kafe itu. Walaupun wanita tersebut terlihat seperti model majalah terkenal - sangat cantik, tapi tetap saja dia tidak mau jika ada orang yang memandangnya dengan tatapan seperti itu.  "Kau bukan psikopat kan?" Veranda memberanikan diri memulai. Sebuah ucapan yang terbilang lancang untuk seseorang yang belum dia kenal. Tapi tampak familiar di matanya.  Wanita tersebut menyunggingkan senyum. Sudut bibirnya terangkat. Membuat pesona wajahnya yang cantik seolah menebal hanya dengan senyuman tipis tersebut. Sebelah tangannya meraih secangkir kopi hangat dan menyesapnya dengan pelan.  Lagi

Debt

Image
Ibu adalah segalanya Tangannya dingin. Aku masih bisa merasakan kegelisahannya sekarang. Bahkan kedua matanya yang tampak berkaca, membuat otakku yakin bahwa dia tidak bahagia dengan semua rencana yang telah dilaluinya.  Kuseka dengan sebelah tanganku bulir bening matanya. Sedikit meniupkan hembusan untuk nafasnya yang tersedu. Pipinya yang gemuk perlahan memerah dengan semburat wajah yang muram.  "Sudahlah, " kataku menguatkan hatinya yang mungkin saja rapuh."Kau tak perlu menangis lagi," kuusap lembut tangannya. Masih terasa lembut seperti hari sebelumnya. "Semua sudah menjadi suratan takdir dari Tuhan."  Matanya membulat. Aku sedikit terkejut dengan peralihan tersebut. "Kau bilang apa?" serunya padaku. " Suratan takdir ? " Aku diam tak menjawab sama sekali.  "Ini bukan takdir. Ini salahmu !" katanya mengerutuki perasaanku. Dia melepas genggamanku dan menunjukku dengan tegas.  "Semua tidak a

Aku Sangat Mencintaimu

Image
Siapa bilang dirimu itu tak bisa kumiliki. Bahkan jika tak boleh sekalipun, aku akan membawamu ke suatu tempat yang sunyi sepi.  " Kau tahu, aku sangat mencintaimu, " sebuah kalimat tersebut sejak dulu selalu saja kuucapkan. Namun telinganya seperti tak mengerti bahwa ucapanku tak pernah sedikitpun berdusta. " Aku juga sangat mencintaimu, " " Tapi mengapa kau menolak untuk pergi bersamaku? " tanyaku dengan seribu kekesalan yang menumpuk di dalam otak. Membuat kedua telingaku memerah. " Aku tidak mau membuat orang tuaku marah. Aku tidak mau durhaka kepada mereka. " sebuah omong kosong terucap dalam bibirnya yang tipis. " Bohong ! " pekikku menyentuh kedua pundaknya. " Omong kosong ! " dia membuang pandangan. " Jika memang kau mencintaiku, kau harus ikut denganku, " ucapku melekat ke arah matanya yang berkaca-kaca.

Untold Truth

Image
“ Luhan ? Salam kenal, kak, “ Kalimat tersebut masih terngiang dalam pikiran. Sebuah kalimat sederhana tersebut entah dengan sihir apa telah melekat di otak pria tampan bermata sipit tersebut. Hingga membuatnya sulit tidur belakangan ini.   Semuanya jelas berawal dari rasa ingin tahu. Saat dirinya menemukan sebuah keramaian di salah satu sudut mall terkenal di Jakarta, dahinya mengerut penasaran. Terlebih lagi ketika kedua matanya mendapati sosok temannya bernama Suho, tengah berdiri ikut terlibat dalam kerumunan di sana. “ Aku nggak tahu ginian, “ “ Ayolah. Apa salahnya mencoba? “ bujuk Suho membuat Luhan berpikir untuk sementara waktu.  

You Were Only Mine

Image
Ketika hari menjelma gelap. Ketika senja sudah resmi tertutup oleh gunung yang tak pernah kau harapkan. Saat tubuh mulai senggang untuk kau baringkan di atas tikar dambaanmu, aku sering memutuskan untuk memikirkan sebuah hal yang menurutku membingungkan. Pernahkah kau berpikir bahwa sebenarnya aku tak pernah melakukan ini sebelumnya. Saat senja lenyap diterkam malam, aku tak pernah sedikitpun menyisihkan waktuku untuk memikirkan sebuah hal yang tidak penting seperti ini. Sebuah hal memikirkanmu, yang aku pikir sudah jelas apa yang akan aku dapatkan di ujung nanti.

Midnight Lake

Image
Segala persiapan sudah selesai. Berawal dari recording, kemudian latihan koreografi, telah mereka lalui hari ini. Semua member yang terdaftar menjadi senbatsu Pajama Drive Revival Show 2014 tampak kelelahan di ruang ganti dengan segala aktivitas yang menimpanya. Seraya berkemas untuk meninggalkan tempat latihan. Pukul 22.14 , sebuah lift lantai dasar perlahan terbuka. Meninggalkan nada khasnya yang terdengar jelas di telinga. Dari lift tersebut lah kemudian muncul dua insan ciptaan Tuhan . Berjalan beriringan serta bergandengan tangan. Saling merapatkan tubuh, hingga timbul kesan mesra dari sela-sela tubuhnya. Langkah mereka kompak menuju parkiran mall, kemudian masuk ke dalam mobil yang sejak tadi pagi memang sudah diparkir di sana.  Segera saja seperti hari biasanya, Veranda mengambil alih kemudi, sementara Kinal akan duduk di jok samping kiri sahabatnya tersebut.

Interview

Image
Duduk berdua. Berdampingan. Salah satu darinya menggenggam sebuah mic. Sepasang telinga telah mereka pasang dengan benar. Begitu juga dengan sorot matanya yang tak kalah fokus dengan beberapa lensa yang membidiknya kini. Sebuah interview dari salah satu media terkemuka tengah berlangsung sekarang, tepat di teather kebangsaan JKT48. “ Saudari Kinal, “ “ Ya? “ “ Bagaimana pendapat anda tentang Live Streaming yang akan dihelat saat Pajama Drive Revival Show nanti ? “ Seorang wartawan menghentikan perkataanya, kemudian memberikan kesempatan untuk gadis manis berambut sebahu menjawab pertanyaan yang dia ajukan.

First Bestfriend [ Part 3 ]

Image
Satu hari seperti mengubah semuanya Hari ini cukup menarik. Banyak senyum lucu yang aku lihat. Kedatangan Kris tadi pagi baru saja membuat deretan siswa pemilik senyum lucu di sekolahku bertambah satu. Setelah sebelumnya senyum Kinal yang menurutku terbaik dari semua senyum yang pernah aku temui di sekolah, akhirnya aku menemukan pesaing yang layak untuk menandingi senyumnya. Siapa sangka Kris lah orangnya. Aku masih tak habis pikir kenapa Tuhan menghadirkan satu makhluk menarik lagi untukku. Aku pikir Kinal akan menjadi makhluk yang paling menarik, tapi ternyata Kris datang secara tiba-tiba. Mengubah jalan pikirku untuk terus memujinya. Ah, laki-laki itu cukup luar biasa. Apakah setiap makluk di dunia ini mempunyai sihir yang berbeda-beda ?

I'm Sorry

Image
Aku masih tak mengerti, kenapa dadaku terasa sesak saat melihat tawanya mengembang di ujung sana. Padahal dulu tidak. Dulu aku selalu bahagia tatkala dirinya memperlihatkan giginya yang rapi tersebut. Selalu bahagia saat bibirnya membuat semburat kepuasan dengan tawanya yang meledak. Tapi kini, tawa yang dihasilkannya bukanlah untukku. Melainkan untuk orang lain. Senyum yang dihasilkan juga bukan karena aku. Melainkan karena orang lain. Sungguh, aku rindu sekali, dengan bagaimana cara dia tertawa dan caranya pula membuatku tersenyum. Namun aku bisa apa sekarang ? Aku seperti manusia yang sudah tak berarti lagi untuknya. Bukan lagi seperti dokter yang membawakan obat untuk pilunya. Karena menurutnya, diriku sudah terlanjur menggoreskan luka di hatinya.

Aku Kangen Kamu

Image
  "Sudah sampai, " Kalimat pertama yang dihembuskan Kinal saat dirinya sudah tiba di bandara. Setelah duduk mematung hampir 4 jam lamanya di dalam pesawat, akhirnya nafas leganya berhembus kembali di Jakarta. Dilihatnya ke arah sekitar. Mencoba meyakinkan diri dan menggali memori di pikirnya bahwa dirinya memang sudah sampai di Jakarta. Sampai kemudian dia tersenyum tepat setelah matanya mendapati sosok gadis cantik yang telah berdiri menunggunya di sebuah kursi tunggu bandara. Dia masih ingat betul siapa namanya