Posts

Showing posts from December, 2013

Cinta Berbentuk Dukungan

Image
Pagi ini sebenarnya tidaklah berbeda dari biasanya. Aku masih saja duduk di kelas yang sama, teman sebangku dan papan tulis yang tak berbeda dari yang kemarin. Hanya saja, hari ini mataku lebih gemar memandangi ke arah sudut kanan kelas, di mana kudapati Kinal seperti tak bergairah untuk menjalani hari yang aku pikir memang memuakkan. Beradu dengan Fisika di pagi hari, bukankah itu memuakkan? Padahal biasanya Kinal tak selayu ini. Dia sangat menyukai pelajaran tak berguna itu. Ya memang dia sangat jago dalam urusan mencari besar momentum suatu benda. Bahkan mungkin dia lebih jago dari guru kami sendiri. Tapi entahlah apa yang membuat akhir-akhir ini begitu menyedihkan untuk teman kecilku itu.

Ragu di Desember

Image
RAGU DI DESEMBER Author : Aji Raenaldi Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan di bulan Desember? Musim penghujan yang selalu menemani soremu yang lelah, kemudian kau bersender di tubuh sofa sembari menengok ribuan bulir hujan yang menghempaskan diri ke bumi dari balik jendela. Sembari menghirup aroma segelas teh hangat buatanmu yang menyeruak ke dalam hidung dan menghisapnya beberapa kali hingga kerongkonganmu terasa hangat, lalu menjalar ke semua tubuhmu. Desember yang Setiap sore kau habiskan bersama jas hujan saat pulang kuliah. Jas hujan yang tak kunjung kering karena memang tak pernah ada waktu bagimu untuk mengeringkannya. Sebenarnya bukan karena tak sempat, tetapi memang terik matahari yang cukup langka untuk bisa kita lihat.  Gemuruh petir yang sesekali menghias langkahmu di jalan pulang, hingga membuat jantungmu terasa jatuh ke lambung dan seperdetik memompa darah lebih dalam dari biasanya.

Lumpuhkanlah Sekarang

Image
Sahut-sahut kicauan burung memeriahkan pagi. Aku yang terkapar lemah di kasur, hanya bisa samar-samar mendengarnya. Perlahan aku mencoba membuka mata, ku lihat sosok wanita yang tengah berbaring di sebuah sofa. Dia adalah Kinal, wanita yang menungguku semalaman di rumah sakit ini. Aku sengaja memilih diam dan memandang sekelilingku saja. Aku tak ingin Kinal bangun hanya gara-gara aku. Pasti dia capek sekali. Apalagi, selama ini dia telah memberikan banyak senyum untukku. Senyum yang kujadikan pembius dan penenang saat gundah menerpaku. Entahlah, senyum Kinal memang bagaikan sihir. Aku tak tahu mengapa. Tiba-tiba, terdengar suara seperti adanya seseorang membuka pintu kamar. Tak salah lagi, Rizal datang menjengukku pagi ini. " Hai bro. ", sapanya. Aku hanya tersenyum lemah. Kinal terbangun, dia perlahan mencari sumber suara barusan. " Rizal, ya ? ", kata Kinal, sembari menyeka ujung matanya. " iya. Sayangku. ", Rizal lalu mendekati Kinal. Dia dud

Musim Panas di Stamford Bridge

Image
Tahukah kamu? Di sudut meja yang biasa aku gunakan untuk belajar, terdapat benda persegi panjang yang tengah berdiri menghadapku. Pada tubuhnya tertulis banyak angka, dan beberapa di antaranya terbubuh tanda silang tebal buatanku sendiri. Ya benar. Setiap pagi, aku selalu menyilang tanggal kemarin yang tak berguna lagi dengan spidol hitam yang biasa aku beli di toko. Setiap tanggal yang berlalu, aku silang. Esoknya, aku silang lagi. Lusa, aku silang lagi. Begitu terus sampai akhir bulan Desember tiba. Lebih tepatnya hari ini, tanggal 21 Desember 2013, aku menghentikan kebiasaan anehku untuk sementara waktu. Aku tak lagi mencorat-coret kalenderku, karena musim panas yang kutunggu telah tiba. Musim yang paling aku tunggu daripada musim-musim lainnya. Terbukti dari atap rumahku yang tak lagi tertutup bulir padat bernama salju. Ranting pohon yang tampak coklat penuh dan hawa dingin yang tak lagi menusuk. Jadi aku tak perlu lagi memakai jaket dan syal untuk keluar rumah. Sebenarnya b

Kenangan Tak Terulang

Image
Sepulang sekolah, tempat yang pertama kali aku jamah dalam rumahku adalah sisi dalam jendela kamar. Karena di situlah aku bisa dengan bebas melihat dan menanti perempuan yang selama ini aku idamkan, pulang dari sekolahnya. Rumahnya tak jauh, hanya berseberangan dengan rumahku. Jadi raut wajah serta senyumnya nanti akan terlihat jelas saat dia tengah berdiri di muka rumahnya. Masih pukul 12.15, masih ada sekitaran 15 menit lagi untukku menunggu dari balik sini, sampai dia tiba di depan rumahnya. Ya walaupun aku tahu, dia tidak akan tiba seorang diri. Melainkan dengan laki-laki yang mungkin saja kekasihnya atau hanya teman yang baik hati. Aku tak tahu pasti. Tapi yang jelas, dia biasa tiba dengan laki-laki itu sekitaran setengah satu. Hingga akhirnya, yang dinanti pun tiba. Pukul 12.34 lebih tepatnya, dia terlihat berdiri di antara gerbang rumahnya dan sebuah motor mewah puluhan juta. Lengkap dengan penunggang yang tengah melemparkan beberapa kata sebelum mereka benar benar berpis