Posts

Showing posts from November, 2013

Kami Bisa

Image
" Kau yakin?  ", kata Toha di sampingku. " Kenapa ragu? ", jawabku mantap. " Banyak yang meremehkan, ji. Kau tahu kan?  ", katanya lagi. " hmm.. " " Tapi kita pasti bisa, Ji. ", katanya tiba-tiba. Semangat dalam jiwanya mendadak berkobar. " Ya, aku tahu kamu pasti berani,ha. Mari kita buktikan ke semuanya kalau kita bukanlah siswa penakut di sekolah ini. " Kemudian, Aku dan Toha mengangkatkan kaki menuju ke ruang OSIS. Kita akan mendonorkan darah di sana. 

Baru Seminggu

Image
Tahukah engkau wahai langit Aku ingin bertemu membelai wajahnya Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah Hanya untuk dirinya ~ Jreng Jrengg.... Sudah berapa kali aku menyanyikan lagu ini. Rasanya tak pernah bosan. Tak pernah bosan untuk merindukannya. Setiap aku merindu, selalu saja kuraih gitar ungu. Kupetik keenam senarnya perlahan hingga terdengar alunan. Kulantunkan setiap kata dalam lirik, kemudian merangkul kalimat dan melingkup ke dalam tiap bait. Beriringan dengan nada yang menari lepas keluar dari gitarnya. Sebenarnya,aku tak begitu lihai dalam bergelut dengan gitar. Tak juga merdu dalam menyuarakan rasa rindu. Hanya saja aku ingin kamu tahu, keberadaanku di sini adalah bukti cintaku padamu.  Walau rasanya memang berat harus menerima kenyataannya. " Udah sore. Yuk kita pulang ", sahut seseorang dari belakang. Tanpa pikir panjang. Aku bangkit dan berdiri di samping nisanmu. " Kapan-kapan aku ke sini lagi, Yank.Aku janji! ", kataku kemudi

Asal Bahagia

Image
" Cepatlah... ", seruku padanya. Diriku menoleh padanya yang tengah duduk di bangku taman. Dia hanya diam dan melihatku seperti tengah kerasukan. " Kau yakin? ", tanyanya padaku. Dia masih saja bingung dengan sikapku yang mungkin menurutnya konyol. Aku hanya mengangguk secukupnya, sembari tersenyum pertanda bahwa aku mengiyakan. " Katanya mau nikah?  ", tanyaku. " Sekarang? ", dia berbalik tanya. Tanpa basa basi lagi, ku dekati dia lalu ku tarik dia menuju ke rumahnya. " Kamu pikir aku bercanda? Kamu butuh laki-laki yang mapan, sin.", kataku sembari berjalan menuju rumahnya. " Maafkan aku, Ji.", katanya pelan nyaris tak terdengar. Aku hanya diam, tak menanggapi perkataannya barusan, yang penting sekarang aku harus mengantarkan Sinka, mantan pacarku yang masih kucintai ini menuju rumahnya. Kasihan calon suaminya, pasti dia sudah menunggu lama di depan penghulu.

Teman Bersepeda

Image
Ah mungkin bagimu, hanya teman sekelas saja. Yang jalan pulangnya searah. Keberadaannya seperti angin ~  " Kamu gak capek, ji? ", tanya Dhike. " Ya Enggak lah. Malah aku seneng bisa boncengin kamu setiap hari. ", jawabku mantap sembari mengayuh sepeda dengan semangat. Tampak Dhike hanya tersenyum saat aku menoleh ke arahnya, dan seiring dengan itu genggam tengannya di bajuku semakin kuat. " Aku jadi gak enak nih. ", katanya pelan. " Biasa aja kali, ke. Kita kan udah lama temenan. Dari kecil sampai SMA kita selalu sama-sama." " Emang kamu gak capek ya temenan sama aku?", tanyannya lagi. " Capek? Kamu itu ada-ada aja deh.Kalau capek, pasti aku udah pergi ke kota bareng sama orang tuaku tahun lalu. " "Terus kenapa kamu gak ikut ke kota? ", Dhike bertanya-tanya. Perkataanku barusan mungkin membuatnya bingung. " Itu semua karenamu, ke. Aku ingin menjagamu di sini. Aku gak mau jauh darimu", jawabku.

Beruntungnya Aku

Image
Taukah kamu. Jika ada yang  bertanya padaku siapa yang paling beruntung di dunia ini, aku akan mengakui diriku sendiri. Pagi itu, jendela kamar telah terbuka. Sinar fajar yang sudah cukup terang memasuki kamarku melalui kaca jendela. Sementara,diriku masih terkapar di tempat tidur, malas untuk bangun dan memulai hari. Hingga suara pintu terbuka pun terdengar. Ngekkkkk.... Aku melirik mencari tahu siapa yang mendekatiku pertama kali di pagi ini. Sosok wanita yang menurutku cantik, bermata sipit dan senyumnya mengembang elok itu menghampiriku dengan membawa nampan berisikan segelas susu putih dan 3 potong roti bakar berselai coklat. Dialah Naomi, istriku yang sudah cukup lama aku nikahi. " Manja banget sih, jam segini baru bangun. ", katanya padaku. Aku hanya tersenyum padanya. Begitu juga dengan senyumnya padaku. Kemudian nampan yang dia bawa diletakkan di meja samping tempat tidur. " Seperti biasa, segelas susu dan roti di pagi hari untuk suamiku tercinta. &quo

Senyum Sinka

Image
" Ini kesempatan lo, ji. ", Riko memaksa, teman gue ini selalu ndorong gue buat hampirin Kinal, yang lagi sendirian di taman sekolah. " Nggak ah. Gue belum punya nyali buat hampirin dia", kata gue jujur. Lalu tertawa kecil liat muka Riko yang mendadak manyun. Gue melempar pandangan ke arah lain, yang jelas bukan ke arah Kinal, tapi ke arah mana saja yang sebenernya gak begitu gue pahami. Namun hati gak pernah bisa bohong. Sesekali, duakali, bahkan berkali kali gue nyempetin untuk merhatiin gerak geriknya dari kejauhan, dan membuang muka saat Kinal noleh ke arah gue. " Halah, lo beneran cinta kan sama.dia? ", tiba tiba Riko nyeletuk. Gue tercenung ngedengernya. Hati gue juga sebenernya masih ragu buat jawab pertanyaan ini. Gue hanya mengangkat bahu gue di hadapan Riko. " Kok gitu sih? ", Riko nyeletuk lagi. Kali ini dia mungkin emang bingung dengan sikap gue yang bisa dibilang plin-plan. Gue hanya tersenyum di hadapannya. Lalu menghela n