Posts

Showing posts from 2014

Bidadari

Image
Jemarinya sungguh lentik. Terlihat lembut dan halus bagaikan sutra. Kedua alinya melengkuk elok. Indah bagaikan pelangi yang menghias langit seusai rintik hujan tiba. Tutur katanya terdengar sopan. Menyentuh lembut hati, meniup angin sejuk masuk ke arteri.  Setidaknya itu semua lah yang terbesit di dalam, tepat saat sosoknya hadir di depanku sekarang.  "Hey," dia membangunkanku dari lamun. "Ah ya?" "Jadi?" tanyanya sembari memperlihatkan secarik kertas kepadaku. Sembari menunggu diriku berucap.  "Aku tahu. Tidak jauh, kok." jawabku sembari melayangkan senyum terbaik. Walau sebenarnya tidaklah lebih baik dari senyum yang dia lontarkan. "Saya antar. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari alamat ini." Dia mengangguk. Ya mengangguk begitu saja. Seperti tanpa menaruh curiga sedikitpun. Sebelah tangannya meraih helm pemberianku. Kemudian duduk di belakang dan menggenggam erat kedua sudut kemejaku Sungguh. Jantu

Maafkan Aku

Image
Aku bisa mendengar suara langkah kaki mendekat, tepat saat suara pintu rumah terbuka dan kemudian tertutup kembali.  Tanpa menoleh pun, aku tahu siapa dia. Seseorang yang telah lama membuat jantungku berdetak tak biasa. Seorang wanita yang sudah lama tahu bagaimana cara membuatku nyaman setiap kali berada di sampingnya.  Intinya, aku mencintainya.  Telingaku masih mendengar suara langkah kaki tersebut. Pikirku sudah terbiasa menebak bahwa dirinya nanti akan memelukku dari belakang. Mencium rambutku, dan sesekali menggigit telingaku dengan manja.  Ya seperti biasa. Dirinya akan membuat aliran darahku berdesir tak menentu setiap kali bertemu.  Aku menunggu. Pada sofa yang aku gunakan untuk menonton TV sekarang, tubuhku tak sabar untuk menanti pelukannya. Kemudian membiarkan bibirnya melacak harum pada leherku dan menggigit telingaku dengan lembut. Namun sayang, hari ini dia berlalu dan langsung berdiri di hadapanku. Melayangkan air muka yang kusut dan berbed

Kamar Terlarang

Image
"Ayah melarangku sejak kecil." Hari ini seperti biasa. Aku pulang terlambat. Beberapa lembar kertas yang tertumpuk di meja kantor lah yang menjadi penyebabnya. Memaksaku untuk lembur dan mengabaikan waktu pulang kerja. Sebenarnya hal itu bukanlah perkara yang serius. Aku sangat menyukai pekerjaanku. Tak masalah jika memang harus pulang dini hari sekali pun. Hanya saja belakangan ini aku sering merasakan ada yang aneh di rumahku. Seperti ada sesuatu yang membuatku melirik sinis ke arah salah satu kamar yang ada di dalam rumah. Sebuah pintu kamar yang sangat dosa untuk aku buka. Mengeluarkan bunyi aneh sepulang kerja. Ayahku lah yang melarangnya.

Introvert - Part 2 / Ending - [ Wmatsui ]

Image
“Aku tak percaya jika kenyataan beralih demikian. Padahal aku sudah terlanjur cinta.” “Baiklah,” putus Jurina seraya membenarkan posisi duduknya. Sorot matanya lalu merajam ke arah Rena. “Sederhana saja, aku hanya ingin kau tak terlalu menutup diri untuk orang lain.” Rena tak bergeming. Membiarkan Jurina melanjutkan apa yang hendak dia ucapkan. “Karena sebenernya masih ada banyak jenis kebahagiaan yang akan kau dapat dari teman-temanmu,” lanjut Jurina. “Jangan bilang jika selama ini kau memperhatikanku?” timpal Rena sebelum Jurina melanjutkan perkatannya. “ Naze ? Apa itu salah?” Rena tampak menahan nafas sedetik saat mendengar jawaban Jurina yang terkesan tak berdosa tersebut, “Tentu saja itu salah. Aku sama sekali tak mau menjadi pusat perhatian orang lain,” terang Rena sedikit jujur dengan apa yang dia idamkan di hidup ini. “Lagi pula, apa pedulimu?” tanya Rena sinis. “Aku hanya tidak mau saja kau mendapatkan dampak buruk dari sifatmu tersebut, Rena,” Jurina mengh

Introvert - Part 1 - [ Wmatsui ]

Image
"Aku hanya ingin kau berubah. Hanya itu saja." Perlahan, kedua tangannya membuka amplop. Sesuai pikirnya, terdapat lembaran kertas di dalamnya. Ada perasaan yang ngeri untuk kali ini saat dia mencoba untuk menarik lembaran tersebut. Walau sebenarnya hal tersebut sering mewarnai siangnya belakangan ini, namun dirinya harus mengumpulkan keberanian untuk membuka lembaran dari dalam amplop yang dia dapat sekarang. Khusus hari ini, lembaran surat tersebut menjadi luar biasa untuknya. I always look and keep caring you. Suki nanda kimi ga suki nanda. Tertulis demikian, lembaran yang tengah dibentangkan. Sorot matanya mempelajari dua kalimat tersebut dengan seksama. Sedetik kemudian, genggaman tangannya melemah. Lembaran tersebut hampir lepas darinya. Rasanya sudah tak bisa lagi menahan segala luapan emosi yang hendak keluar dari kedua matanya. Pipinya yang lembut akhirnya terlukis bulir mata. Terisak menangis menatap lokernya yang terbuka. “ Boku no kataomoi dattan d

Imam

Image
Pintu kamar sedikit terbuka. Sementara seorang ibu tengah mengamati anaknya dari sela-sela pintu tersebut. Beliau mendapati putranya tengah melaksanakan sholat di samping tempat tidur. Beliau kemudian menangis. Bersyukur kepada Tuhan. Baru kali ini dia melihat putranya sudi menggelar sajadah. Bersimpuh dan bersujud. Membaca alunan asma Allah dari bibirnya. Padahal sebelumnya, anak tersebut jarang pulang ke rumah. Berkeliaran ke klub malam, dan tidur di rumah teman. "Anakku."

Basketball

Image
Aku mencitaimu, bahkan sebelum kau tahu sedikit pun. Seseorang pernah berkata padaku bahwa suatu hari nanti akan ada hari yang sangat tidak kau inginkan. Sangat tidak kau harapkan, dan rasanya ingin sekali kau menyesali semua yang pernah kau lakukan yang terbukti hanya membuang waktumu saja. Bahkan bisa jadi, penyesalan tersebut akan membuatmu tenggelam dalam kesedihan yang mungkin saja tak akan ada ujungnya untuk dirimu sendiri. Percayakah kau pada hal tersebut? Dulu aku tak percaya. Tapi sekarang aku tahu bahwa kebenaran itu ada di depanku sekarang. Dirinya tengah menggaruk kepalanya, dengan balutan jas hitam menghias tubuhnya. 

Last Hug

Image
Gadis itu sangat keras kepala. Bahkan melebihi kerasnya tebing yang berada di samping kami sekarang. Berdiri berhadapan, diterpa angin yang membelai lembut hitam legam rambut kami berdua. "Aku sudah bilang. Jangan pernah mengatakan hal seperti itu," ketusnya. Menunjuk tubuhku dengan salah satu jemarinya yang lentik. Menatapku dengan pandangan seolah hendak menerkamku. "Kenapa? Apa aku salah?" "Jelas!" jawabnya cepat. Membuatku cukup terhenyak,"jangan pernah merayuku lagi. Karena aku tidak menyukaimu." "Tapi ... " kataku pelan. Sedikit melangkah kaki ke arahnya. Membuatnya mundur sedikit. "Jangan mendekat. Selangkah saja kau mendekat. Kau akan tahu akibatnya." ancamnya membuatku cukup kebingungan. Air mukanya semakin memerah. "Tapi aku menyesal, Nal." kataku lagi kepadanya. Telinganya seperti sudah tuli untuk mendengar semua penjelasanku, "aku ingin kau kembali menjadi milikku." "Sem

Nagoya Castle

Image
Sejak kapan dirinya merasa sesepi itu? Hingga berulang kali tolehan kepala telah banyak dibuatnya. Sepi. Tak ada bunyi ponsel terdengar. Sebuah suara yang dia harapkan mampu menggetarkan telinganya, tak kunjung terdengar. Sebuah pesan yang dia harapkan mampu memenuhi kotak masuk ponselnya, tak kunjung terwujudkan. Jangankan memenuhi kotak masuk, menambah satu pesan pun tak juga. Hanya membuat pemilik ponsel tersebut merasa kesal dan hampir menyerah menanti. Sebuah pesan sudah sejam yang lalu dia kirim. Beribu nafas kesal mungkin sudah terhembus dari rongga hidungnya. Otaknya mulai tak mengerti mengapa gadis yang dia harapkan, tak memberi balasan apapun untuknya. Setidaknya satu huruf sebagai balasan atau mungkin emoji untuk menenangkan hati. Tapi tampaknya, gadis yang diharapkannya tak peduli. Seolah tak mengerti bahwa dirinya sudah sedikit banyak menyakiti hati. Membuat kepala Gracia pusing dan merasa penat belakangan ini. Sekali lagi, Gracia harus kuat dengan kenyataan

Autumn Leaf

Image
" Ada setiap kenangan untuk setiap daun yang gugur dari tangkainya. " Angin di bulan September. Musim gugur telah tiba. Serpihan daun yang jatuh dari pepohonan perlahan menghiasi jalan sepanjang kota Akibahara. Udara berhembus dingin. Mengalir sepoi membelai setiap ujung rambut. Menemani perjalanan pulang seorang gadis bersama sepeda kesayangan. Gadis tersebut tersenyum. Selalu saja tersenyum. Rona wajahnya selalu cerah tatkala musim gugur menyapa. Entahlah, mungkin dedaunan kuning yang berserakan di depan matanya, membawa arti tersendiri untuknya. Membawa kekuatan tersendiri untuk hatinya yang terasa rapuh belakangan ini. Kedua kakinya kompak. Mengayuh sepeda dengan kuat. Pikirannya tak pernah terpusat untuk apa dia mengayuh secepat itu. Tubuhnya terlalu antusias untuk menjalani hari pertama di musim gugur. Menyempatkan sebagian waktu bersama daun malang berjatuhan.

Early Ring

Image
Jauh-jauh aku ke sini. Susah-susah aku mencarimu.  Hanya ingin memberikan apa yang seharusnya milikmu. Sudah sekitaran dua menit lamanya, wanita tersebut tersenyum ke arah Veranda. Membuat tatapan yang riang dan memandang lekat dengan air muka yang seperti ingin memeluk gadis di depannya. Dua menit pula lamanya, Veranda masih tak mengerti dengan wanita yang ditemuinya di kafe itu. Walaupun wanita tersebut terlihat seperti model majalah terkenal - sangat cantik, tapi tetap saja dia tidak mau jika ada orang yang memandangnya dengan tatapan seperti itu.  "Kau bukan psikopat kan?" Veranda memberanikan diri memulai. Sebuah ucapan yang terbilang lancang untuk seseorang yang belum dia kenal. Tapi tampak familiar di matanya.  Wanita tersebut menyunggingkan senyum. Sudut bibirnya terangkat. Membuat pesona wajahnya yang cantik seolah menebal hanya dengan senyuman tipis tersebut. Sebelah tangannya meraih secangkir kopi hangat dan menyesapnya dengan pelan.  Lagi

Debt

Image
Ibu adalah segalanya Tangannya dingin. Aku masih bisa merasakan kegelisahannya sekarang. Bahkan kedua matanya yang tampak berkaca, membuat otakku yakin bahwa dia tidak bahagia dengan semua rencana yang telah dilaluinya.  Kuseka dengan sebelah tanganku bulir bening matanya. Sedikit meniupkan hembusan untuk nafasnya yang tersedu. Pipinya yang gemuk perlahan memerah dengan semburat wajah yang muram.  "Sudahlah, " kataku menguatkan hatinya yang mungkin saja rapuh."Kau tak perlu menangis lagi," kuusap lembut tangannya. Masih terasa lembut seperti hari sebelumnya. "Semua sudah menjadi suratan takdir dari Tuhan."  Matanya membulat. Aku sedikit terkejut dengan peralihan tersebut. "Kau bilang apa?" serunya padaku. " Suratan takdir ? " Aku diam tak menjawab sama sekali.  "Ini bukan takdir. Ini salahmu !" katanya mengerutuki perasaanku. Dia melepas genggamanku dan menunjukku dengan tegas.  "Semua tidak a

Aku Sangat Mencintaimu

Image
Siapa bilang dirimu itu tak bisa kumiliki. Bahkan jika tak boleh sekalipun, aku akan membawamu ke suatu tempat yang sunyi sepi.  " Kau tahu, aku sangat mencintaimu, " sebuah kalimat tersebut sejak dulu selalu saja kuucapkan. Namun telinganya seperti tak mengerti bahwa ucapanku tak pernah sedikitpun berdusta. " Aku juga sangat mencintaimu, " " Tapi mengapa kau menolak untuk pergi bersamaku? " tanyaku dengan seribu kekesalan yang menumpuk di dalam otak. Membuat kedua telingaku memerah. " Aku tidak mau membuat orang tuaku marah. Aku tidak mau durhaka kepada mereka. " sebuah omong kosong terucap dalam bibirnya yang tipis. " Bohong ! " pekikku menyentuh kedua pundaknya. " Omong kosong ! " dia membuang pandangan. " Jika memang kau mencintaiku, kau harus ikut denganku, " ucapku melekat ke arah matanya yang berkaca-kaca.

Untold Truth

Image
“ Luhan ? Salam kenal, kak, “ Kalimat tersebut masih terngiang dalam pikiran. Sebuah kalimat sederhana tersebut entah dengan sihir apa telah melekat di otak pria tampan bermata sipit tersebut. Hingga membuatnya sulit tidur belakangan ini.   Semuanya jelas berawal dari rasa ingin tahu. Saat dirinya menemukan sebuah keramaian di salah satu sudut mall terkenal di Jakarta, dahinya mengerut penasaran. Terlebih lagi ketika kedua matanya mendapati sosok temannya bernama Suho, tengah berdiri ikut terlibat dalam kerumunan di sana. “ Aku nggak tahu ginian, “ “ Ayolah. Apa salahnya mencoba? “ bujuk Suho membuat Luhan berpikir untuk sementara waktu.  

You Were Only Mine

Image
Ketika hari menjelma gelap. Ketika senja sudah resmi tertutup oleh gunung yang tak pernah kau harapkan. Saat tubuh mulai senggang untuk kau baringkan di atas tikar dambaanmu, aku sering memutuskan untuk memikirkan sebuah hal yang menurutku membingungkan. Pernahkah kau berpikir bahwa sebenarnya aku tak pernah melakukan ini sebelumnya. Saat senja lenyap diterkam malam, aku tak pernah sedikitpun menyisihkan waktuku untuk memikirkan sebuah hal yang tidak penting seperti ini. Sebuah hal memikirkanmu, yang aku pikir sudah jelas apa yang akan aku dapatkan di ujung nanti.

Midnight Lake

Image
Segala persiapan sudah selesai. Berawal dari recording, kemudian latihan koreografi, telah mereka lalui hari ini. Semua member yang terdaftar menjadi senbatsu Pajama Drive Revival Show 2014 tampak kelelahan di ruang ganti dengan segala aktivitas yang menimpanya. Seraya berkemas untuk meninggalkan tempat latihan. Pukul 22.14 , sebuah lift lantai dasar perlahan terbuka. Meninggalkan nada khasnya yang terdengar jelas di telinga. Dari lift tersebut lah kemudian muncul dua insan ciptaan Tuhan . Berjalan beriringan serta bergandengan tangan. Saling merapatkan tubuh, hingga timbul kesan mesra dari sela-sela tubuhnya. Langkah mereka kompak menuju parkiran mall, kemudian masuk ke dalam mobil yang sejak tadi pagi memang sudah diparkir di sana.  Segera saja seperti hari biasanya, Veranda mengambil alih kemudi, sementara Kinal akan duduk di jok samping kiri sahabatnya tersebut.

Interview

Image
Duduk berdua. Berdampingan. Salah satu darinya menggenggam sebuah mic. Sepasang telinga telah mereka pasang dengan benar. Begitu juga dengan sorot matanya yang tak kalah fokus dengan beberapa lensa yang membidiknya kini. Sebuah interview dari salah satu media terkemuka tengah berlangsung sekarang, tepat di teather kebangsaan JKT48. “ Saudari Kinal, “ “ Ya? “ “ Bagaimana pendapat anda tentang Live Streaming yang akan dihelat saat Pajama Drive Revival Show nanti ? “ Seorang wartawan menghentikan perkataanya, kemudian memberikan kesempatan untuk gadis manis berambut sebahu menjawab pertanyaan yang dia ajukan.

First Bestfriend [ Part 3 ]

Image
Satu hari seperti mengubah semuanya Hari ini cukup menarik. Banyak senyum lucu yang aku lihat. Kedatangan Kris tadi pagi baru saja membuat deretan siswa pemilik senyum lucu di sekolahku bertambah satu. Setelah sebelumnya senyum Kinal yang menurutku terbaik dari semua senyum yang pernah aku temui di sekolah, akhirnya aku menemukan pesaing yang layak untuk menandingi senyumnya. Siapa sangka Kris lah orangnya. Aku masih tak habis pikir kenapa Tuhan menghadirkan satu makhluk menarik lagi untukku. Aku pikir Kinal akan menjadi makhluk yang paling menarik, tapi ternyata Kris datang secara tiba-tiba. Mengubah jalan pikirku untuk terus memujinya. Ah, laki-laki itu cukup luar biasa. Apakah setiap makluk di dunia ini mempunyai sihir yang berbeda-beda ?

I'm Sorry

Image
Aku masih tak mengerti, kenapa dadaku terasa sesak saat melihat tawanya mengembang di ujung sana. Padahal dulu tidak. Dulu aku selalu bahagia tatkala dirinya memperlihatkan giginya yang rapi tersebut. Selalu bahagia saat bibirnya membuat semburat kepuasan dengan tawanya yang meledak. Tapi kini, tawa yang dihasilkannya bukanlah untukku. Melainkan untuk orang lain. Senyum yang dihasilkan juga bukan karena aku. Melainkan karena orang lain. Sungguh, aku rindu sekali, dengan bagaimana cara dia tertawa dan caranya pula membuatku tersenyum. Namun aku bisa apa sekarang ? Aku seperti manusia yang sudah tak berarti lagi untuknya. Bukan lagi seperti dokter yang membawakan obat untuk pilunya. Karena menurutnya, diriku sudah terlanjur menggoreskan luka di hatinya.

Aku Kangen Kamu

Image
  "Sudah sampai, " Kalimat pertama yang dihembuskan Kinal saat dirinya sudah tiba di bandara. Setelah duduk mematung hampir 4 jam lamanya di dalam pesawat, akhirnya nafas leganya berhembus kembali di Jakarta. Dilihatnya ke arah sekitar. Mencoba meyakinkan diri dan menggali memori di pikirnya bahwa dirinya memang sudah sampai di Jakarta. Sampai kemudian dia tersenyum tepat setelah matanya mendapati sosok gadis cantik yang telah berdiri menunggunya di sebuah kursi tunggu bandara. Dia masih ingat betul siapa namanya  

Priceless

Image
“ Maukah kau kembali ceria ? “ Jika saja kau perhatikan dengan seksama. Gadis itu tampak sangat menarik untuk semua pria. Tampak sangat pantas untuk mendapatkan semua pria tampan di dunia ini, dengan balutan rambut panjang sebahu serta poni ciripa miliknya. Namun, di balik silauan wajahnya yang mempesona, hatinya menyimpan luka. Kenangan suram masa lalu membuatnya enggan untuk mendongak ke arah cinta. Bersikap apatis dengan semua laki-laki itu tindakan yang tepat baginya sekarang ini. Tak mau mendengar dan mempercayai setiap gerakan manis yang terucap dalam bibir setiap pria. “ Tidak ada cinta sejati di dunia ini. Sekali lagi tidak ada! Tidak ada cinta sejati untuk wanita sepertiku,“ tegasnya dalam setiap hembusan di bumi. Cinta itu omong kosong, begitulah kalimat yang sudah dia percayai benar dalam hati. Kalimat yang mewakili perasaan hatinya semenjak sebuah lidah menggoreskan luka.

First Bestfriend [ Part 2 ]

Image
“ Iya, Nay. Nggak ada seorang pun yang bisa memisahkan kita.” Aku mengganguk mengiyakan dalam hati. Meresapi semua kata yang telah diucapkan oleh sahabatku itu. Benar juga katanya,  tak ada yang bisa memisahkan kita berdua selain suratan takdir dari Tuhan. Tapi aku yakin, walaupun Tuhan memisahkan kita berdua pun, hati kami masih tetap pada satu sama lain. Karena aku sudah terlanjur menyayangi Kinal, dan begitu juga dengan Kinal yang mungkin sudah menyanyangiku sejak kami bertemu. Tapi entahlah, aku tak tahu betul kebenaran yang ada dalam hatinya.  Apakah rasa sayangnya memang setara dengan rasa sayangku, atau mungkin lebih? Aku pikir iya, karena sejak dia pindah ke sini, dan bertempat duduk di sebelahku kita sudah melalui banyak hal dengan baik, dan tentunya dengan bersama-sama. Aku yakin dia sangat menyayangiku. Bahkan lebih dari rasa sayangku padanya.

First Bestfriend

Image
Bukankah kita selalu bersama?  Bahkan hampir sedetik pun kita tidak pernah saling sendiri. Aku gadis lemah, namun dia pernah membuatku merasakan apa itu hidup. Sungguh, semenjak berkenalan dengannya di sebuah ruang kelas yang sama, aku mulai merasakan apa itu sahabat. Padahal sebelumnya aku mempunyai banyak teman di sekolah, tapi tak pernah sekalipun mempunyai sahabat sebaik dan secantik dia. Semenjak berkenalan dengannya, aku mulai merasakan apa itu sebuah jalinan yang hampir sama dengan percintaan. Ya walaupun aku tau, aku sendiri tak pernah menjalin percintaan dengan siapapun, tapi aku rasa apa yang aku jalani bersama dengannya selama ini lebih terkesan seperti hubungan sepasang kekasih.  Aku salah, dia yang membenarkan. Dia marah, aku yang menenangkan. Bukankah itu yang selama ini orang katakan tentang cinta? Saling melengkapi antar satu sama lain.

Please, Be On My Side.

Image
Kamu pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja? Sedikitpun tidak. Senyum itu melebar, tepat saat dia masuk dan menutup pintu mobilku. Aku yang masih memegang kemudi, hanya dapat mengangkat sebelah alisku. “ Kenapa? Senang sekali tampaknya, “ tanyaku, menggali alasan senyum manis tersebut. “ Ya, hari ini aku senang sekali. Pagi tadi aku berkenalan dengan laki-laki yang sangat tampan, “ terangnya menatapku balik. Senyum itu seperti tak sedikitpun surut. Matanya juga begitu semangat membayangkan apa yang akan tengah dia ceritakan. Aku melempar pandangku ke depan, dan kemudian menarik gas untuk meninggalkan sekolah Veranda. “ Namanya, Aaron. Sangat indah sekali matanya, “ katanya lagi, membuat pundakku tak nyaman mengendalikan laju mobilku. Sampai kemudian, dalam sepuluh menit di dalam mobil bersama Veranda, aku menjadi ikutan mengenal sosok Aaron. Terlalu banyak kata yang diucapkan Veranda tentang laki-laki yang baru dia kenal tadi. Membuat perjalan

Jangan Cintai Aku Apa Adanya

Image
Aku tidak pernah main-main. “ Bangun, sayang, “ bisikku padanya, saat matanya masih terpejam di tempat tidur. Aku memang sengaja menyelinap masuk ke dalam Kinal, dan di saat itulah kudapati tubuhnya masih dalam balutan selimut yang lumayan tebal. Kedua tanganku bersemangat menggoyang-goyangkan tubuhnya yang masih dalam hilang sadar, dan bibirku membisikan kalimat yang sama. “ Bangun sayang, “ Beberapa detik kemudian, dia bergerak sedikit. Menyadari seseorang duduk di sebelahnya,  sembari memincingkan kedua matanya.

Konser Solo Rame Banget

Image
Baiklah, hari cerah sekali ya. Setelah silaturahmi dengan oshi, langit begitu cerah bersinar.  Oke, kali ini gue akan nulis tentang konser JKT48 di Solo kemarin yang diadakan di GOR Sritex Arena. Jadi kalau misal tulisan ini nanti membingungkan untuk dibaca, ya maklumin aja karena gue gak lagi bikin cerpen. Tulisan ini tercipta seiring dengan aliran pikiran gue sendiri. Spontan gitu deh. Langsung aja ya.

Satisfy Answer

Image
Entah kenapa. Selalu saja begini. Bahuku selalu saja terangkat saat dia menatap ke arahku. Jantungku serasa seperti keluar dari peradaannya setiap dia melempar senyum ke arahku. Ada apa ini? Rasa ini seperti tak biasa? Apakah aku menyukainya. Tidak mungkin. Dia adalah temanku, mana mungkin aku mengubah kedekatan kami selama ini menjadi sebuah perasaan cinta. Walaupun dalam hati aku mengiyakan kemungkinan tersebut. Tapi, pastilah konyol jika itu terjadi. Tatapannya selalu saja membuatku merinding, padahal dia bukan hantu. Lirikannya begitu indah, padahal dia bukan bunga matahari di pagi hari. Ah tidak, apakah aku benar-benar menyukainya.

My Angel's Gonna Go The Star

Image
Veranda … Nama yang begitu mempesona. Sama seperti pemilik nama tersebut. Bagaimana tidak ? Rambutnya yang panjang, kelopak matanya yang indah, serta pipinya yang imut itu sudah membuat banyak pria tergoda olehnya. Membuat banyak pasang mata memperhatikannya sekarang, di pertengahan taman kota yang cukup ramai. Sungguh. Lengkungan rupa yang begitu cantik itu telah membuat banyak pria terasa berdesir setiap kali memandangnya. Bahkan sampai sekarang pun tak ada pria yang berani mendekatinya dan menemaninya duduk di salah satu bangku taman. Tak ada yang berani mendekati bidadari secantik Veranda.

Secepat Itu Kah ?

Image
Reuni SMA. Mungkin adalah hal yang aku tunggu akhir-akhir ini. Bertemu dengan teman lama, sahabat lama, serta yang paling penting adalah ... Veranda.  Entah bagaimana sekarang wujudnya dia. Masih sempurna kah seperti dulu ? Ah aku pikir, dia memang selalu ditakdirkan untuk berwujud sempurna.  Jelas, aku masih hafal betul dengan bentuk kedua matanya. Bagaimana kedua alisnya melengkung. Bibir tipis nya yang mampu membuat senyuman manis, serta rambutnya yang begitu lembut aku raba.  Pokoknya semua serba sempurna. Tak terkecuali hatinya yang begitu baik pada semua orang.     Hingga sampai kemudian, hari reuni tersebut tiba. 

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal

Image
Sumber : Ankoru Magazine Matanya memerah, membulat, membidik setiap penjuru. Tangannya memegang erat kuat sebuah bendera yang baru saja dia curi dari kerajaan. Jenderal berseragam coklat dengan atribut yang dia pakai kini membuatnya cukup percaya diri dengan dirinya. Tubuhnya yang tetap tegap, walau ratusan musuh tengah menghadangnya di halaman luar kerajaan. Kepalanya yang tetap mendongak, walau dia sendirian berdiri di sana. “ Kau pikir aku akan takut?” tantang gadis pemberani berambut pendek tersebut. Sembari melepas bendera yang terikat di tongkat coklat, dia menyunggingkan senyum remeh kepada semua lawan.

Selamat Ulang Tahun Sinka

Image
Sebuah bus baru saja berhenti. Tepat di sebuah bundaran stasiun yang terletak cukup jauh dari tempatku. Segera saja, setelah aku mendengar berita tersebut, aku bangkit dari kursi tunggu.  Kemudian pergi berjalan mendekati bus di sana, sembari tetap mengunci tatapanku yang tertuju pada sebuah pintu bus yang akan segera dibuka.  Suhu tubuhku dingin, tubuhku terasa ringan, dan ujung jariku tampak gemetar. Rasanya sungguh aku belum siap untuk menemuinya sekarang. Karena memang, kami sudah dua tahun tak pernah bertemu, jadi wajar jika aku gugup untuk melakukannya kembali.

Buku Catatan Kinal

Image
Alhamdulillahhhh...  Hingga pada suatu saat, di mana aku harus melepaskan kenangan yang paling berharga dalam hidupku. *** Aku ingat dengan perkataan ayahku. Beliau pernah berkata bahwa harum seduhan kopi yang menyeruak dari dalam cangkir mampu membuat matamu lebih lama terbuka. Pekat hitam yang tergambar dalam seduhan kopi mampu membuat tubuhmu terasa segar kembali. Namun ternyata tidak semua apa yang dikatakan ayahku benar.  Nyatanya sudah dua cangkir kopi panas masuk ke dalam perutku dan mataku masih saja ingin terpejam.Tubuhku masih saja terasa berat untuk aku gunakan kembali mengerjakan tugas kuliah yang sering merepotkanku akhir-akhir ini. Andai saja tugas kuliah tak sebanyak ini, pasti aku sudah tidur di kasur. Sesekali aku mendengus pelan di depan layar laptop. Tatapan hampa kutujukan pada layar yang membingungkan tersebut. Aku masih bingung dengan apa yang akan aku lakukan dengan tugas-tugasku ini, rasanya sangat lelah sekali. Setelah seharian bersama

Never Let You Hurt ( Part 4 )

Image
Senja telah datang ke dunia. Mewarnai angkasa dengan sinar jingganya. Udara luar yang mengalir membelai lembut kulit keringku, membuat suasana teras rumah terasa sangat menyenangkan. Aku sendiri duduk di kursi teras, menggeggam sebuah buku fiksi yang sering menemaniku akhir-akhir ini.  Mungkin dengan cara inilah, segala penat seharian akan sirna dibawa angin senja. Bahkan aku sendiri tak peduli dengan apa yang dikatakan Bu Melody tadi pagi. Karena membaca sudah menjadi hobi. Tak ada yang bisa mencegahku untuk menyudahinya.

Never Let You Hurt ( Part 3 )

Image
Ya Ampyunn eneng Depi ~ Malam berbalut angin dingin. Udara yang berhembus di luar memang cukup membuat tulang-tulang manusia membeku. Entahlah, padahal seharian ini tidak hujan, tak juga mendung dengan awan hitam yang tebal, namun angin yang bergentayangan masuk melewati celah-celah ventilasi rumah telah memaksaku untuk membalut tubuhku dengan selimut tebal. Setidaknya tulangku tak akan beku di ruangan ini. Aku tengah berbaring di sofa, tempat biasa aku menonton televisi di ruang tengah. Sembari menggenggam remote , aku melihat Aryo muncul dari kamarnya. Dirinya sudah terbalut rapi pakian mahal yang biasa dibelinya di distro langganannya. Serta wangin tubuhnya yang menusuk cukup menandakan bahwa malam ini dia akan pergi keluar lagi. Sepertinya Aryo memang dilahirkan untuk gemar keluar rumah. Sungguh berkebalikan denganku.

Walau Hanya Sedetik

Image
Saat langkahnya memulai, aku menutup jalannya dengan tubuhku. Saat dia bergeser hendak melewatiku, aku menahannya lagi. Sungguh, aku ingin dia tetap tinggal dulu. Kedua telinganya harus mendengarku berbicara. Dia mendengus kesal dengan raut wajahnya yang tak secerah dulu. “Mau kamu apa?” katanya ketus. Aku menarik nafas sebentar. “Dengerin aku dulu, Sin ,”  tanpa ragu aku memegang kedua pundaknya. Walau akhirnya dia merasa risih dengan genggaman tanganku yang mungkin dia pikir sudah tak sehangat dulu.

Senyum Segaris Shania

Image
“Aku akan menikahimu. Kelak…” *** Jangan pernah bilang sekalipun bahwa aku adalah manusia yang hobi tidur di kasur. Karena memang jujur, aku bukanlah manusia seperti itu. Aku adalah laki-laki biasa yang setiap pagi buta sudah berdiri dengan mata terbuka. Melangkah keluar dari kamar, mencuci muka dan mengambil sesuatu dari rak sepatu. Ya seperti biasa, aku akan lari pagi hari ini. Matahari memang masih belum tampak. Ayam jantan di kandang tetangga, juga masih gencar meneriakan keperkasaannya. Bahkan udara di luar juga masih terlalu dini untuk kita hirup dengan paru-paru yang kecil. Padahal, kata dokter itu tak baik. Udara pagi bahaya untuk kesehatanmu. Tapi, bukankah lari pagi itu lebih sehat daripada tidur? Ya sebenarnya ada alasan tersendiri kenapa aku mau membuka mata dan lari pagi buta seperti ini. Tapi nanti, kamu pasti akan tahu sendiri.