Jenderal Kagami yang Berekor Nakal

Sumber : Ankoru Magazine

Matanya memerah, membulat, membidik setiap penjuru. Tangannya memegang erat kuat sebuah bendera yang baru saja dia curi dari kerajaan. Jenderal berseragam coklat dengan atribut yang dia pakai kini membuatnya cukup percaya diri dengan dirinya. Tubuhnya yang tetap tegap, walau ratusan musuh tengah menghadangnya di halaman luar kerajaan. Kepalanya yang tetap mendongak, walau dia sendirian berdiri di sana.

“ Kau pikir aku akan takut?” tantang gadis pemberani berambut pendek tersebut. Sembari melepas bendera yang terikat di tongkat coklat, dia menyunggingkan senyum remeh kepada semua lawan.


Tak ada satupun keraguan ada pada dirinya sekarang, yang ada hanyalah keberanian yang terpancar pada kedua bola matanya.

Ya, karena dia tahu, dengan cara inilah dia akan bisa menyelamatkan kedua sahabatnya. Sahabatnya yang beberapa hari lalu ditangkap oleh tentara kerajaan dan ditahan di sebuah tempat yang belum dia ketahui sekarang.

Bendera yang baru saja dia lepas, diikatnya melingkar di dahinya. Dengan kuat dia menarik ujung bendera dan mulai mengambil posisi kuda-kuda. Sedangkan sebuah tongkat bendera tadi, dia gunakan untuk senjata satu-satunya.

Hanya itulah senjatanya, selain semangat yang membara di dalam tubuhnya.

“ Tunggu aku sahabat ! “ batin jenderal, dengan tatapan tajamnya.

Dia menghitung sampai tiga dan kemudian berlari dengan keberaniannya menuju ratusan musuh di depan. Tak lepas juga gerakan tangannya yang lihai mengendalikan tongkat bendera itu.

Satu demi satu musuh mencoba menghentikan pergerakannya. Namun, dia bukanlah pendekar kemarin sore, dengan mudah dia mengimbangi perlawanan musuh. Bahkan bisa dibilang dia menang telak dengan persenjataan yang sederhana.

Kinal bertempur ke dalam kerumunan. Dengan gerakan gesit, dan penuh hati-hati dia memperdaya banyak lawan. Walau terkadang dia sering kali mendapat tinjuan maut yang bersarang ke arah perutnya, dia tetap bangkit dan tetap meladeni semua musuh yang menyerang.

“ Rasakan ini ! “ berulang kali umpatan dia layangkan. Berulang kali juga dia mengirimkan pukulan ke arah lawan.

Namun, banyaknya musuh membuat energinya terkuras dengan cepat. Dia lemas, sedangkan musuh semakin membuas. Samapi kemudian, dia tersungkur jauh oleh tendangan maut dari musuh.

Hanya butuh sepuluh detik, dia kembali bangkit dan mengencangkan bendera yang mengikat dahinya.

Dia diam sebentar, terpejam, lalu menghela nafas dalam.

“ Sialan kalian semua “ umpatnya keras. Tongkatnya dia putar ke atas dan kemudian sebuah percikan api muncul di kedua ujung tongkat tersebut. Sampai kemudian, api kecil tersebut menjalar ke semua sisi tongkat.

Ya, jenderal Kagami sudah sangat marah. Elemen api dalam tubuhnya terpaksa dia tunjukan ke khalayak musuh.

Matanya semakin memerah, tatapannya semakin tajam. Jenderal siap membakar jiwa semua musuh yang menyerangnya.

“ Kalian telah membuat kesalahan besar ! “ teriak jenderal tersebut dan berlari terjun kembali ke kerumunan musuh.

Dengan cepat, hati para musuh terbakar. Teriakan kepanasan mereka semua riuh terdengar. Jenderal Kagami melakukan aksinya dengan benar. Tanpa sentuhan musuh sedikit pun di tubuhnya yang cukup kekar. Perlahan musuh mulai berkurang dan Jenderal Kagami masih dalam kesibukannya. Sampai kemudian tersisa satu prajurit kerajaan.

“ Hai, kau orang terakhir. Kalau kau ingin tetap hidup, cepat tunjukan di mana sahabatku ditahan, “ ancam Jenderal Kagami di hadapan prajurit yang sedang tersungkur. Dia menodongkan tongkat api di depan wajah prajurit terakhir itu.

“ Mereka ditahan di bawah tanah, “ kata prajurit tersebut ketakutan.

Tanpa pikir panjang, dia menarik tongkat apinya dan berlari menuju ke ruang bawah tanah. Seiring dengan itu, kobaran api menghilang dari tongkat yang dia bawa. Sekarang yang ada di pikirannya adalah bagaimana caranya agar dia bisa menyelamatkan kedua sahabatnya nanti, sebelum matahari terbenam.

Karena jika tidak, seluruh kekuatannya akan hilang, dan kemungkinan terburuknya adalah dia akan ditahan bersama dengan kedua sahabatnya nanti.

Maka dari itulah, dia harus cepat bergerak.

Dia masuk ke dalam sebuah lorong, dan kemudian menemukan pintu bawah tanah berada.
Gelap dan pengap.

Langkahnya hati-hati. Dari telapak tangannya dia membuat api untuk menerangi pencariannya.

Sampai kemudian, dia menemukan penjara yang dia cari.

“ Ve ? Shania ? “ kata Kinal setelah menemukan sahabatnya tengah tersungkur di tanah dalam penjara.

Terlihat tubuh mereka sangat lemas, noda tanah mencoreng beberapa bagian tubuhnya. Kinal sedih melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu.

“ Kinal ? “ desah Veranda tak sempurna. Matanya mencoba mengamati lekat-lekat kedatangan Kinal. Namun tampaknya usahanya sia-sia, pandangannya masih kabur.

“ Orang itu merampas seluruh kekuatan kami. Kau harus keluar dari sini, Nal, “ kata Shania yang cukup jelas terdengar oleh telinga Kinal.

“ Aku tidak akan keluar, selain bersama kalian, “ Kinal mengambil langkah mundur dan kemudian mengeluarkan kekuatannya untuk menghancurkan puluhan bambu yang mengurung sahabatnya.

Setelah bambiu-bambu tersebut hancur, dia masuk, dan kemudian menggendong kedua sahabatnya, Veranda dan Shania.

Berat ….

Memang .

Demi menyelamatkan kedua sahabatnya, dia harus menanggung beban tersebut. Terlebih lagi dia bukanlah wanita biasa.  Kekuatannya masih cukup untuk menghadapi kemungkinan yang akan menghadangnya nanti.

“ Ada apa dengan kalian ? Kenapa kalian berubah bentuk seperti ini ? “ tanya Kinal keheranan setelah melihat sebuah ekor yang muncul dari tubuh kedua sahabatnya.

“ Sudah aku katakan, cepat lari dari sini, “ saran Shania kembali pada Kinal.

“ Aku sudah mengalahkan ratusan musuh dan kau menyuruhku meninggalkanmu ? Jangan bodoh, Nju ! “ kata Kinal masih dengan langkahnya yang berat untuk menggendong kedua sahabatnya tersebut.

Sementara itu Ve terkulai lemas. Tak ada satupun kata yang terucap dari bibir tipisnya. Dia pingsan di pundak Kinal.

“ Aku berjanji akan membawa kalian keluar dari sini, “ batin Kinal dalam hati.
Kinal berjalan dengan langkah berat, sampai kemudian langkah tersebut terhenti setelah melihat keberadaan sosok yang tak asing baginya.

Ya, kemungkinan yang menghadangnya itu benar adanya.

Mungkin ini adalah lawan terakhir untuk Kinal

“ Sungguh mengharukan sekali, “ kata sosok tersebut sembari tepuk tangan.

“ Sahabat yang rela mengorbankan jiwanya demi kedua wanita lemah itu. Aku pikir itu patut dicontoh, “ sambungnya kembali dengan senyum remeh.

Kinal membaringkan kedua sahabatnya untuk sementara waktu, dan kemudian menatap tajam ke arah musuh utamanya tersebut.

NAOMI !

“ Kamu tahu kan apa resiko yang kau dapat jika harus berhadapan denganku ? “ tanya Naomi pada Kinal, kali ini nadanya serius.

“ Ya, aku tahu. Tak lebih sakit dari gigitan semut. “

“ Oh begitu? “ Naomi menunduk, mencoba menyembunyikan tawanya.

“ Kau pasti terheran dengan ekor yang mereka punya, bukan ? “ lanjut Naomi dengan tersenyum sinis, membuat Kinal kembali menatap Ve dan Shania yang terbaring lemas.

“ Ekor itu perlahan akan menguras energinya dan seluruh oksigen di dalam tubuhnya. Jadi siap-siap saja mengurus pemakaman kedua sahabatmu itu. Hahahaha ! “ jelas Naomi.

Mata Kinal yang sempat padam kini memerah kembali. Bahkan lebih merah dari sebelumnya. Tubuhnya memanas, kobaran api yang sangat dahsyat seperti akan muncul dari tubuhnya. Kerajaan seolah akan terbakar sore itu.

“Huh.. hawa di sini mulai panas tampaknya, “ sindir Naomi.

Setelah ucapan tersebut, Kinal tiba-tiba sudah berada di belakang Naomi. Dia berniat mengirimkan tinjuan apinya tepat di punggung Naomi.

Namun, Naomi bukanlah pendekar biasa. Dengan sigap, dia berhasil lolos dari ancaman Kinal tersebut.

Pertempuran tak bisa dihindarkan lagi. Kinal dengan api dan Naomi dengan elemen air saling mendeklarasikan pertempuran.

“ Kau pikir aku semudah itu ? “ kata Naomi sembari mengeluarkan pengendalian air nya ke arah Kinal. Semburan air yang keluar dari kedua telapak tangan Naomi berhasil mengenai tubuh Kinal. Alhasil Kinal tersungkur.

Kinal bangkit, kemudian dengan cara yang sama dengan lawannya, dia mengeluarkan semburan api dari telapak tangan. Api menyembur dengan separatis ke arah Naomi.

Tubuh Naomi terpental terkena semburan, air yang menyelimuti tubuhnya terlalu kecil untuk melindunginya dari serangan api.

“ Perlu dicatat, Naomi. Kobaran api yang besar akan selalu menang dengan air yang kecil, “ ejek Kinal kepada Naomi yang tersungkur.

“ Baiklah. Kalau memang begitu, akan aku tunjukan yang lebih dari ini, “ teriak Naomi sesaat setelah dia bangkit.

“ TSUNAAAAOOOOMMIIIII !! “

Semburan dahsyat muncul dari belakang Naomi. Bahkan melebihi bencana tsunami pada umumnya. Kinal yang melihat peristiwa tersebut pun tak punya akal untuk menghindari serangan tersebut. Dia tahu, kekuatan api yang dia miliki sekarang tak akan mampu menandinginya. Terlebih lagi matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat. Kekuatan Kinal menyurut.

“ Apakah ini akhir dari perjalananku? “ batin Kinal sembari memejamkan kedua matanya.

Air matanya menetes, mengingat dia akan gagal total menyelamatkan kedua sahabatnya jika dia diam saja. Namun, tetap saja air matanya tidak akan mampu menghentikan serangan air Naomi, bahkan apapun yang akan dia lakukan.

Sampai kemudian..

Keajaiban terjadi.

Putaran tornado tiba-tiba muncul dari bawah Kinal. Mengangkat tubuh Kinal ke atas dan melindungi Kinal dari serangan Tsunaomi.

Kinal terselamatkan. Semburan air melewati tubuhnya. Kemudian Kinal mendarat lagi ke tanah.

Sontak saja Naomi kaget, begitu juga dengan Kinal yang merasakan tornado tersebut.

“ Kau melupakan aku ya, Naomi ? “ suara halus terdengar dari arah lain. Kedua sosok tubuh yang sama-sama tinggi sudah berdiri di suatu tempat.

“ APAA? “ Naomi terperanjat kaget, Kinal pun turut terkejut dengan keberadaan Shania dan Veranda di sana.

“ Kau masih ingat kan dengan kami ? “ tambah Shania yang telah berdiri di samping Veranda.

Mereka berdua tersenyum sinis.

“ Shania ? Veranda ? “ teriak Kinal dengan nada riang.

“ Istirahat lah, Nal. Biar kami urus wanita bodoh itu. “ kata Veranda, sembari melangkahkan kaki mendekat ke arah Naomi.

Seiring dengan itu, hembusan udara di sekeliling mereka berempat menjadi sangat berbeda. Aura pertempuran mulai berhembus kembali. Angin mendadak mengalir sangat kencang. Inilah kekuatan Veranda sebenarnya.

“ Kau tak akan bisa mengalahku, Ve, “ sanggah Naomi, sembari mencoba mengeluarkan semburan dari telapak tangannya.

Namun, usaha Naomi gagal. Hembusan angin yang sangat kuat mampu menghancurkan elemen air milik Naomi. Naomi terbelalak keget melihat kejadian tersebut.

Halilintar dari langit mulai riuh berhamburan. Suara deru petir mulai menggelegar di sana. Semuanya adalah perbuatan Shania, gadis yang sekarang tengah terdiam untuk mengendalikan seluruh elemen petir di dunia.

“ Apa yang sudah kamu lakukan, tak akan aku ampuni. Pergilah kau ke neraka!! “

Pusaran tornado muncul dari tanah, bahkan lebih besar dari yang dia buat tadi. Halilintar di atas langit berkumpul menjadi satu, kemudian mengambang di atas Naomi.

“ MATIIIILAAAAHH KAUU !! “ teriak Veranda dan Shania bersamaan.

*DUARRRRRR*

***

“ Nal .. Bangun. “ kata Ve dengan lembut. Begitu juga dengan Shania yang tengah menggoyang-goyangkan tubuh Kinal untuk membangunkannya dari tidur.

“ Oh Hai, Ve, Shania. Kalian ? “ Kinal memincingkan mata. Sinar matahari yang tembus dari jendela kamar dia coba refleksikan dengan kedua lensa matanya.

Sampai kemudian dia melihat kedua sahabatnya sudah duduk di tepi tempat tidurnya. Mereka berdua sama-sama tersenyum.

“ Ekor kalian ke mana? “ tanya Kinal tiba-tiba, membuat Ve dan Shania saling bertatapan. Alis mereka berdua terangkat sedikit, mereka kebingungan dengan maksud perkatakan Kinal barusan

“ Ekor ? “ Ve mencoba bertanya.

“ Iya, kalian berdua punya ekor, tapi aku enggak, “ jelas Kinal, wajahnya berubah menjadi sedih.

Ve dan Shania tersenyum melihat sifat kekanak-kanakan sahabatnya itu. Hanya senyum yang mereka berikan untuk sahabatnya yang baru bangun tersebut.

“ Jadi kamu pengen punya ekor? “ tanya Shania canda.

Kinal mengangguk.

“ Iya, aku pengen kita bertiga sama-sama punya ekor. “ tambah Kinal masih murung.

“ Gampang kok, “ sahut Ve dengan semangat.

“ Hah, bagaimana caranya ? “ tanya Kinal dan Shania serentak.

“ Pasti ada orang baik yang akan membantu kita kok, “ jawab Veranda dengan tenang.

“ Iya, pasti ada orang baik yang akan membantu kita, “ kata Kinal penuh harap.

Jadi, apakah kalian ingin membantu mewujudkan keinginan Kinal ?

Apakah anda orang baik yang dimaksud Kinal ? 




Comments

Post a Comment

Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta