Cankir Pesona



Aku belajar dari cangkir.
Pesonamu bagaikan air mengalir.
Sejuk penghilang dahaga kerinduan.
Mengisiku penuh
Hingga membuatku luluh.

Kau buatku terbang.
Melupakan segala luka yang tak pantas dikenang.
Mengantarku kapada alam
Dan memanjakanku dengan keindahan.  

Bagiku....
Senyummu adalah permata.
Yang akan ku jaga, walau harus bertukar air mata.
Perhatianmu adalah mutiara.
Yang akan ku jaga walau harus mengorbankan raga.
Dan tak ada yang menyerupai bahagiamu, kecuali aku.
Karena bahagiamu adalah bahagiaku.
Yang akan ku jaga
Seperti menjaga diriku dari kesengsaraan rindu.

Hingga suatu hari
Berirama sudah jantung ini.
Berdegup kencang bak halilintar di malam hari.
Hari itu sangatlah buruk.
Kau berikan kata-kata yang membuat mata berkaca-kaca.

Kau tinggalkanku.
Begitulah inti dari seribu kata yang kau beri.
Setelah semua yang kita lalui.
Kau memilih tuk sekedar melewati.

Setelah aku berkesempatan di depanmu.
Kau memilih berlalu.
Tak menyapa.
Dan seperti tak pernah saling sapa.

Kau kembali pada pangkuannya.
Kau lebih memilih mengenangnya.
Dan memilih mengulanginya.
Demi sisi yang pernah engkau tinggal pergi,
kau tega tinggalkanku sendiri.

Di sini.

Sepi

Lagi

Aku tersadar.
Bahwa diriku hanya pelabuhan sementara cintamu.
Yang tak menetap dan selamanya ada di sisiku.
Dan aku teringat.
Aku adalah cangkir yang merelakan luapan air.
Dan kini.
Luapan tersebut masuk ke dalam cangkir lain. 

Comments

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal