Keseimbangan Cinta




Jungkat- jungkit. Mainan anak-anak yang sering kita mainin dulu waktu kecil. Dimainkan oleh dua manusia yang sama-sama ingin memainkanya. Karena jika kamu memainkan sendirian, kamu nggak akan menemukan keasyikan dari permainan tersebut.

Sama halnya dengan hubungan. Hanya ada dua orang yang berperan dan masing-masing saling menjalankan perannya. Misal kalau kamu mencintai seseorang sedang yang kamu cintai sudah tidak mencintaimu lagi, masih pantaskah kamu mencintainya? Sakit hati mungkin.


Hubungan adalah suatu perjalanan cinta. Dan cinta harus diperjuangkan oleh kedua pejuangnya. Ya pejuang itu adalah kamu dan pasanganmu. Kamu harus memperjuangkan cintamu dan dia yang kamu perjuangkan juga harus berjuang untukmu.

Ini seperti halnya ketika kamu bermain jungkat-jungkit. Jika kamu dan dirinya memang sedang ingin memainkannya. Kamu pasti akan bahagia bermain dengannya. Kalian akan asyik memainkanya dengan berusaha menyeimbangkan posisi jungkat-jungkit tersebut, dan mempertahankan untuk tetap pada posisi yang seimbang. Permainan itu akan menjadi seru, kamu dan pasangan kamu akan asyik memainkannya. Walau sering kali gagal, tapi kamu pasti akan terus mencoba bersama-sama. 

Tapi kalau misal kamu ingin bermain jungkat-jungkit, sedangkan pasanganmu sudah bosan dengan permainan tersebut dan kamu memaksanya untuk bermain bersamamu. Apa yang akan terjadi? Kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan jika bermain bersamanya. Kamu akan rugi. Kamu akan merasakan seperti bermain sendirian. Kamu tidak akan mendapatkan keasyikannya. Karena hanya kamu yang berjuang untuk seimbang, sedang pacar kamu hanya diam dan tak ada usaha untuk mempertahankan keseimbangan yang telah kamu perjuangkan.

Alhasil apa? Nggak akan pernah seimbang jungkat-jungkit tersebut. Mau kamu coba lagi? Silakan. Silakan kamu coba sepuasmu. Sampai air matamu menetespun jika dia nggak mau berubah dan mau berjuang untukmu, air matamu hanya sekedar menjadi hiasan kesedihan.  Baginya itu hanya peluh bening yang sekedar merambat di pipimu. Sedang dia tak tau bahwa itu bukan hanya sekedar peluh bening, tapi juga air yang mengalir tanda kelelehan hati berjuang sendiri.

Lalu apa kamu akan mengajaknya pulang? Mengajaknya pulang itu seperti membiarkan dirinya dengan dunianya sendiri. Sedang kamu hanya menuruti apa yang dia minta, apa yang hanya ingin ia lakukan, tanpa menghiraukan keinginan hatimu. Ketika kamu menginginkan sesuatu darinya, dia tak mau memberikan untukmu. Apakah itu yang dinamakan masih cinta?



Kalau kamu masih kuat mempertahankan suatu hubungan seperti ini, cara yang terbaik yang harus kamu lakukan adalah menuruti permintaanya, sampai hatinya luluh dan mulai mau menengok hati kecilmu. Memang ini seperti menyiksa perasaan dan membiarkan waktu berjalan, tapi tak ada salahnya memberikan waktu lebih untuknya.

Namun , jika semua itu tak juga membuatnya bertekuk lutut menyadari kesalahanya. Apa boleh buat, anggap saja kau tak pernah bermain jungkat-jungkit dengannya. Itu hanya akan membuang waktumu untuknya yang tak mau peka terhadapmu.

Dan jika kamu masih ingin menunggunya. Silakan saja. Mungkin yang kau dapatkan adalah kepastian pahit darinya. Ya semoga saja dia tidak seperti itu.

Good Luck ya!!!


Comments

  1. Cinta yang membosankan. Jadi salah satunya udah bosan dengan hubungannya namun satunya masih ingin mempertahankan cintanya.

    ReplyDelete
  2. Saya malah ngakak. Lagi nyari materi kesetimbangan tiba-tiba nemu ini hahaha. Lucu sih dan semangat kak :v

    ReplyDelete

Post a Comment

Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal