Posts

Senyum Tipis Menyebalkan

Image
Semua orang juga tahu bahwa satu poin yang selalu dikenang oleh perempuan dari seorang pria adalah dari bagaimana dia tersenyum. Lengkuk bibir yang melebar, seakan mampu merobohkan tubuh, memang menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu. Tak terkecuali Naru, mahasiswi sastra Jepang, yang sedari tadi menghayal tentang keindahan senyum, tampak sangat bodoh sekarang. Bahkan jika ada banyak mahasiswa yang lewat di depannya pada saat itu, mereka akan mengira bahwa Naru bukanlah bagian dari kampus. Melainkan orang gila yang sedang menyusup di taman fakultas. Sungguh itu sangat berbahaya, bukan? Setidaknya untuk nama baik keluarganya.

Pita Merah

Image
Apa yang lebih ramai dari sebuah demo mahasiswa di jalanan? Tentunya adalah sebuah perbincangan anak muda di kantin, pada saat jam istirahat pertama. “Kalian sudah tahu?” ujar seorang siswi berambut sebahu. Terkejut bahwa berita yang baru saja dia ceritakan sudah cukup menyebar di kalangan temannya. “Iya. Aku saja masih tak percaya.” tanggap siswi lain, seraya menghela napas. “Masa’ iya sih?” “Aku juga tidak tahu apakah itu hanya sensasi saja. Tapi aku baca itu di internet,” tegas sekali lagi siswi pelopor perbincangan tersebut. “Oh. Tidak!” seru mereka, seraya menunjukkan air muka kekesalan. Seakan-akan hanya merekalah yang paling dirugikan dari berita tersebut. Padahal, kenyataannya tidak. Ada yang lebih dirugikan dari mereka. Bahkan, lebih rugi dari orang yang diberitakan. Seorang siswi yang tengah sendirian di salah satu meja samping merekalah yang paling dirugikan. Siswi yang sejak tadi mendengar semua perbincangannya. Sekali lagi, Semuanya.

#Wmatsui - Rose

Image
Rena tak mengerti dengan sebuah mawar yang muncul di hadapannya sekarang. Rasanya sangat sulit untuk mengangkat sebelah tangan, dan menerimanya begitu saja. “ Arigatou , chotto-” Tenggorokan Rena tercekat. “ Nani? ” ekspresi Jurina berubah. Firasatnya memburuk, “Kau bilang kalau kau sudah memaafkan aku, bukan?” Rena mengangguk mantap. Tidak ada keraguan yang ada pada dirinya untuk perihal tersebut. Dia memang telah memaafkan semua kesalahan Jurina. Bahkan sekecil apapun itu. “Hanya saja-“ Kedua alis Jurina terangkat. Membuatnya geram, “ Nani yo? Terimalah mawar pemberianku ini! ” , paksa Jurina. Rena melirik Jurina sekali lagi. Kemudian menghela napas untuk sesuatu yang tak pernah dia sangka sebelumnya. “Dunia kita sudah berbeda, Jurina-chan. Cepat kembalilah!”  -end- Note : *Arigatou : Terima Kasih. *Chotto : Sebentar dulu. *Nani? : Ada apa?

#FFRabu - Cinta Sejati

Image
“Pokoknya aku harus menemukannya hari ini.” pria tersebut terus saja berdalih. Dalam hatinya percaya bahwa apa yang dikatakan ibunya sangatlah benar. Jika kau melihat seseorang tengah tersenyum padamu dari balik kaca jendela kedai kopi ini, maka dia lah cinta sejatimu. Perkataan tersebut masih terekam baik olehnya. Dia menyesap kopi perlahan. Kedua matanya terus saja mencari sosok tersebut. Mungkin saja memang benar, bahwa akan ada sosok yang tersenyum kepadanya hari ini, sekaligus menjadi hari terakhir untuknya berkunjung ke kedai. Tapi sayang, seperti tahun yang berkesudahan, kakek tersebut masih tak menemukannya. “Mungkin besok,” batinnya yakin, sembari meraih tongkat yang telah lama membantunya.

Juri-chan

Image
“Takahashi Juri  desu ne ?” “ Hai .“ “Hmm…” “Ano, nan desu ka? ” “ Kawaiii desu ne ,” ujar laki-laki di depan Juri. Sembari melempar senyum genit yang membuat Juri tampak kesal dan ingin memukulnya. “ Nani yo? ” pekik lelaki itu sembari terkekeh. Kedua lengannya menahan tamparan Juri di lengannya. “ Usoo!  Mana mungkin dia akan segenit itu,” Juri-chan mengelak. Beberapa saat kemudian, tatapannya kembali lesu. Membuat Tano mendengus pelan kembali.

Sore

Image
"Sampai berapa kali aku harus bertemu denganmu?" “Maaf. Aku terlambat.” Sesosok pria tambun dengan rambut lebat tiba-tiba saja membungkukan badannya di hadapanku. Tepat saat aku berniat untuk beranjak pergi dari tempat yang hampir sejam lamanya aku tempati. “Hei, Frieska. Kau sudah lupa denganku?” ujar pria tersebut kembali, sembari menarik kursi kosong yang ada di depanku, lalu duduk begitu saja. Sementara sorot matanya seakan tengah mempermainkan aku yang tampak kebingungan dengan tingkahnya, yang bisa dibilang sok akrab. Padahal, aku sama sekali tidak mengenalnya. Sumpah demi Tuhan, tidak ada bayangan wajahnya dalam ingatanku. Tapi tunggu, bagaimana dia bisa tahu namaku?

7 Ji 12 Fun

Image
Tepat pada kursi yang aku gunakan, sebelah otakku yakin bahwa dirimu akan kembali padaku. Bahkan tidak hanya setengah, melainkan seluruh raga yang kupunya mengharapmu datang sekarang.  Masih jelas teringat. Terpatri dengan rapi, segala kata yang pernah kau ucap. Saat bibirmu menyusun kata janji -bahwa kau akan mencintaiku selamanya- hatiku jelas bertabur bunga. Rasanya seolah dunia sudah menjagaku dengan takdir cinta yang memang kuharapkan darimu. Membuatku tersenyum, meski rahangku hampir pegal karena sudut bibir yang terlalu lama menarik ke atas karenanya. Masih jelas teringat. Terpatri dengan rapi, segala hangat yang kurasakan dari genggaman tanganmu. Saat hangatmu menjalar lembut dan merasuk melalu pori, segala syaraf bibirku menjadi kelu. Tak bisa berkata apa-apa, selain menyadari bahwa kau memang mencintaiku apa adanya.  Tentu, bukan perkara hal yang mudah, bukan? Saat diriku harus melepaskan genggaman dan melihatmu mengecil diterkam oleh siluet perpisahan. Bahka