Tradisi Kelulusan Yang Absurd : Edisi Siswa

Subhanallah.......... gedung sekolahnya cakep.  


Tanggal 26 Mei 2012 adalah tanggal dimana tetesan air mata dan luapan kegembiraan para siswa SMK sederajat tertuang penuh dari dalam diri mereka. Setelah melihat dan mendengar bahwa dirinya udah terlepas dari sebutan Anak SMK/SMA/MA. Mereka telah dinyatakan LULUS. Suatu kata yang menjadi harga mati bagi mereka waktu itu. Namun bagaimana bagi mereka yang mendapatkan 2 kata? Yaitu COBA LAGI eh maksudnya TIDAK LULUS? Rasa kecewa sudah pasti tidak bisa disembunyikan lagi dari dalam diri mereka. Kasihan orang tuanya, jika mendengar bahwa putra atau putrinya dinyatakan belum berhasil. Beliau akan sangat terpukul sekali, bahkan tidak hanya sekali , ratusan kali mungkin.

Postingan kali ini, gue mau membahas tentang suatu hal yang mungkin akan membuka pikiran kita semua. Yaitu masalah tentang sikap kita setelah dinyatakan LULUS oleh Dinas Pendidikan. Banyak sekali ke-absurd-an yang muncul dari diri mereka yang baru lulus.

1.       Konvoi Sepeda Motor


Setelah mereka lulus, mereka kan konvoi di jalan menggunakan sepeda motor layaknya gang motor yang meresahkan warga. Mungkin kalian akan bilang, “ Apa salahnya? Kami cuma meluapkan kegembiraan kami.”. Oke , kalian sedang bergembira. Gue ngerti, namun apa musti harus bertingkah liar di jalanan. Jalan kita itu jalan umum. Jalan yang dipakai untuk masyarakat luas. Kalian boleh menggunakanya, namun inget, hak kalian tidak sepenuhya 100% waktu itu. Ada pengguna jalan lain yang juga punya hak beberapa persen terhadap jalan tersebut. Dan kalau emang kalian lulus, lo seharusnya bisa berpikir untuk tidak merengut hak mereka. Bukankah kalian diajarkan toleransi tersahadap sesama?  Bayangkan, jika kalian berada di posisi mereka. Ketika lo buru-buru mau ke rumah gebetan dan musti datang tepat waktu. Dan ketika lo sampai di tengah jalan, lo melihat di depan, ada anak-anak geng  motor yang menggerombol mengendarai sepeda motor semaunya. Serasa jalan lo diganggu sama mereka dan serasa gebetan lo semakin menjauh. Mau nyalip, nggak bisa. Mau memarahi mereka, kamunya cuma sendiri, takut di hajar. Kondisi yang menyedihkan, bukan? Dan mungkin saja waktu lo konvoi,mereka (pengguna jalan lainya) juga sedang mengalami kasus seperti tadi. Apa lo nggak kasihan, gebetanya semakin menjauh?

2.       Corat-coret Seragam

Kalau ngomongin konvoi kelulusan, pasti identik dengan corat-coret baju seragam dengan menggunakan pilok. Itu gue bingung , apa hubunganya seneng-seneng sama corat-coret? Karena gue jarang banget lihat perayaan pesta ulang tahun yang di dalamnya terdapat sesi corat-coret menggunakan pilok. Bahkan mungkin tidak ada sesi tersebut dalam suatu perayaan seperti itu. Padahal Mereka juga sama-sama seneng, tapi nggak corat-coret lho?. Kenapa tidak, kita seperti sedang merayakan ulang tahun?


Apalagi ketika, lo coret baju seragam lo, itu akan membuat nilai guna benda tersebut menjadi turun drastis. Dari baju seragamnya orang cakep, setelah di corat coret menjadi sebuah gombal yang nggak berguna. Dari yang tempat tinggalnya di lemari berpindah menjadi di tempat jemuran. Bak gembel yang nggak punya tempat tinggal. Kenapa sebelumnya lo nggak berpikir lo bakal meyumbangkan seragam lo buat anak-anak yang  lagi membutuhkan? Itu akan lebih bermanfaat buat mereka. Mereka akan berpikir kalau dirinya masih mempunyai seberkas harapan untuk bersekolah. Bukankah membantu sesama itu adalah hal yang menyenangkan? Apalagi pahala yang kita peroleh nanti akan terus mangalir. Dari yang sudah nggak berguna jadi lebih berguna kan seragam lo jadinya?

3.       Melaksanakan Nazar Yang Tidak Bermanfaat

Inilah hal yang  tidak jarang mereka lakuin setelah mereka lulus. Bernazar, adalah suatu janji yang akan ia lakukan jika harapan mereka dikabulkan. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Namun ada satu yang meleset, yaitu janjinya. Janji yang nggak bermanfaat untuk dilakuin. Ketika gue tanya, “ Lo bernazar  kepada siapa” . Pasti jawabanya, “ Untuk ALLAH SWT , dund” . Terus gue tanya lagi, “ Nazar lo apaan?” . dia menjawab, “ Lari muterin sekolah 100 kali”. Itulah contoh nazar yang nggak bermanfaat.



Karena lo nggak dapet manfaat dari capeknya lari muterin sekolah dan ALLAH juga nggak dapet manfaat dari nazar lo. Emang kalau elu capek lari, terus ALLAH bakalan puas dan merasa terhibur gitu? Nggak kan? 
Ada lagi nazar ‘ Cukur Gundul’ , itu buat apaan? Buat nyaingin pak ogah gitu? Ikutan casting program Si Unyil?  Emang kalau kamu udah gundul, terus dapet followers banyak? Nggak kan?. Jadi tulah yang dinamakan nazar yang nggak bermanfaat.

“Jadi nazar yang bermanfaat itu gimana dong?”. Yang bermanfaat itu nazar yang berpahala. Misal Puasa, Sedekah, shalat sunnah, dan sebagainya. “ Berarti nazar shalat 5 waktu itu bermanfaat dong?” itu bukan nazar. Itu emang sudah jadi kewajiban sebagai muslim. Jadi bedakan antara nazar dengan yang sudah menjadi kewajiban.

Itulah tradisi absurd yang sering gue temuin setiap tahunya. Namun, ada juga lho sekolah yang 180 derajat berbeda pemikiranya dari ketiga hal di atas. Mereka tidak tergoda terhadap hal yang nggak bermanfaat tersebut. Bahkan ada yang lebih kreatif lagi dari ketiga hal di atas dengan cara sedikit memodifikasi tradisi tersebut dengan hal-hal yang berpositif . Misal, jalan kaki sampai kemana gitu. Walaupun gue masih menilai hal tersebut  sebagai hal yang sia-sia, namun apa salahnya kalau semua itu dilakukan dengan penuh kesadaran. Kesadaran akan tata tertib, akan hak orang lain dan kewajiban diri sendiri.

Namun, gue akan lebih setuju lagi kalau sebuah perayaan kelulusan itu dengan cara bagaimana kita dulu mempersiapkan psikis kita saat jelang ujian nasional. Gue yakin pasti lo dulu merengek-rengek minta kemudahan dan  kekuatan dalam menghadapi UJian Nasional dengan cara  memperbanyak berdoa dan berdzikir kepada ALLAH SWT.

Karena dulu, Surat Al-Fatihah lo baca sampai beratus-ratus kali, Surat Al-Ikhlas juga lo baca berkali-kali. Masa’ iya setelah harapan lo terkabul dan lo berhasil LULUS , lo cuma bilang “ALHAMDULILLAH” sekali doang? Setelah itu lo berkonvoi ria seakan lo melupakan dengan siapa lo dulu meminta kemudahan. Hal ini semacam ketidakadilan kita terhadap ALLAH SWT.


Jadi apa salahya kita merayakan kelulusan dengan berdoa dan berdzikir bersama? That’s not wrong, guys. Asalkan kalian tau, kelulusan bukan akhir dari sebuah perjalanan hidup, namun awal dari sebuah kemandirian hidup. Ada banyak ujian hidup kelak yang akan kau temui di masa depan, tinggal bagaimana cara kita menghadapinya. Apakah dengan doa atau berfoya-foya?

Entah jadi apa artikel gue kali ini. Gue rasa udah kaya artikel religi atau artikel yang keluar pas hari Ramadhan . Tapi yang jelas tujuan artikel ini bukan memaksa kalian untuk menuruti apa yang gue saranin, tapi artikel ini cuman buat memaksa kalian untuk lebih sedikit berfikir terhadap hal-hal yang gue nilai sedikit absurd di kalangan remaja masa kini. Dengan berfikir positif maka semuanya akan positif. Namun ada juga hal yang sebelumnya kita berfikir negative dan hasilnya menjadi positif, yaitu POSITIF HAMIL. Hueheehee..!!!

Comments

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal