Kedai Baru Seberang Jalan


Aku grad, kalian jangan sedih ya..
Suara langkah kaki terdengar beraturan. Ayunan kakinya yang pasti perlahan membawanya ke suatu tempat. Tak butuh waktu lama, laki-laki tersebut sudah berada di sebuah kedai minuman yang sudah menjadi tempat favoritnya sepulang kerja. Sebuah kedai sederhana yang remang namun banyak pengunjungnya. Tapi entah apa yang telah terjadi,  kali ini kedai itu sepi, yang terlihat hanyalah seorang penjual yang tengah duduk menatap dagangannya yang tak selaris biasanya.


" Udah habis kok masih jualan sih, mbok? " laki-laki tersebut masuk ke tenda kedai, kemudian dia duduk di kursi plastik pengunjung. Sepertinya dia belum sadar bahwa apa yang ada di depannya sekarang adalah makanan yang belum laku sejak sore tadi.

" Habis gimana tho, le? Lha wong gorengannya aja masih banyak. " kata simbok sembari menuntun pandangan laki-laki tersebut ke arah gorengan yang sudah dingin.

" Eh iya. Tumben banget sih, mbok. Biasanya jam segini gorengannya udah habis. " laki-laki tersebut mengambil gorengan dingin tersebut dan mengggitnya. Walaupun dia tahu, tempe goreng yang tengah dia gigit akan sulit untuk dia kunyah.

" Iya, le. Biasanya jam segini tuh ramai banget. Sampai-sampai kamu sering nggak kebagian gorengan. " kata simbok lemah. Wajah laki-laki tersebut iba melihat senyum simbok yang tak selebar biasanya. Dia mengambil lagi gorengan yang ada di depannya dan berharap agar simbok tersenyum. Walaupun dia tahu bahwa gorengan hari ini cukup menguras energinya.

" Rejeki memang udah di-atur, mbok. Yang penting kan udah usaha. " sembari kesulitan mengunyah gorengan yang tengah dia makan, laki-laki tersebut tetap mencoba menghibur simbok.

" Iya , le. Mungkin hari ini emang udah rejekinya warung itu. " kata simbok menunjuk sebuah kedai baru yang berada di seberang jalan. Spontan, laki-laki tersebut melemparkan pandangannya ke arah yang ditunjuk simbok.

" Warung baru ya, mbok? Kemarin nggak ada deh. "

" Iya, le. Tadi pas simbok sama pakdhe bikin tenda, warung itu udah buka, dan rame banget. Padahal baru hari pertama. Malah tadi simbok juga melihat pelanggan-pelanggan simbok nongkrong di situ. " terang simbok. Memang benar apa yang dikatakan simbok, warung baru tersebut terlihat banyak sekali pembelinya. Bahkan kalau boleh menilai, warung simbok lebih terlihat bagus dibanding warung baru tersebut. Entah apa yang membuat warung tersebut mempunyai kelebihan tersendiri dibanding warung simbok. Pikiran laki-laki itu berkecamuk memikirkannya.

" Ya nggak papa lah, mbok. Biasa kalau ada warung baru pasti banyak pembeli yang coba-coba dulu. Nanti juga datang ke sini lagi mbok. Simbok yang sabar aja. " laki-laki tersebut mencoba menghibur simbok lagi.

" Apa simbok berhenti aja ya, le? Simbok kan udah tua. Anak-anak simbok juga udah pada kerja. " pikir simbok.

" Ya jangan dong, mbok. Nanti warung itu tambah rame. Simbok kalah saing dong sama dia. Tapi terserah simbok sih. " kata laki-laki tersebut sedikit menjernihkan pikiran simbok.

" Oh iya, le. Mau simbok bikinin apa? "

" Teh anget manis aja, mbok. " jawab Nofri. Iya, laki-laki tersebut bernama Nofri. Dengan sigap, lalu simbok membuatkan pesanan Nofri. Setengah menit kemudian, segelas teh manis anget sudah berada di depan Nofri. Cepat-cepat Nofri meraih teh miliknya dan menghisapnya untuk membasahi kerongkongannya yang terasa lengket. Tempe goreng hari ini cukup membuat kerongkongannya berminyak.

Setelah berbincang-bincang lama sekitaran 30 menit, akhirnya Nofri memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalananya pulang ke rumah. Dan selama itu juga, tidak ada satupun pembeli yang mampir ke kedai simbok. Yang ada hanyalah Nofri yang duduk di depan simbok yang lemah.

Setelah membayar beberapa uang, Nofri berpamitan dan keluar dari tenda sepi itu. Tenda sepi yang sebenarnya lebih bagus dibanding dengan kedai baru itu. Padahal kedai simbok lebih luas dibanding kedai baru itu. Tapi kenapa kedai itu banyak pengunjungnya? Atau mungkin kedai baru itu lebih nyaman? Dalam pikirannya muncul banyak pertanyaan.

Sedetik kemudian, dia memutuskan untuk mampir ke kedai tersebut. Dia tidak mau pulang dengan rasa penasaran yang tiba-tiba menghampirinya. Dia ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Jadi dia bisa beritahu ke simbok nanti.

Jelas, tanpa sepengetahuan simbok, Nofri diam-diam masuk ke tenda kedai baru itu. Di balik tenda tersebut terlihat beberapa manusia kelaparan yang sedang menikmati pesannanya. Ada yang sedang melahap nasi kucing, nasi goreng, dan ada juga yang hanya menikmati secangkir kopi panas. Selain itu di meja terdapat banyak gorengan panas tertumpuk di atas baskom, dan dua penjual yang tengah sibuk melayani pembeli.

" Silakan, mas. Gorengannya masih panas lho. " sapa salah satu penjual kedai tersebut merusak lamun Nofri.

" Eh..iya, mbak. " kata Nofri sedikit kaget mendengar suara lucu gadis berponi sempurna itu. Segera Nofri duduk di kursi tepat depan baskom gorengan, sate ayam dan tentunya tepat di depan gadis manis tersebut. Tapi kali ini Nofri masih malu untuk menatap gadis tersebut lebih dalam. Pandangannya dia kunci ke arah berbagai makanan di depannya.

" Minumnya apa, mas? " tanya gadis berponi tersebut yang sukses membuat pandangan Nofri teralihkan ke padanya. Dengan senyumnya yang manis, dia menunggu jawaban Nofri.

" Er.anu, mbak. Teh anget, tapi tawar aja ya, mbak. " jawab Nofri, lalu kemudian mengambil gorengan di depannya.

" Tunggu ya, mas. ", jawabnya singkat. Cepat-cepat, gadis tersebut mengambil gelas kosong dan mengisinya dengan seduhan teh dan air panas. Tapi untuk kali ini, Nofri tidak mau ada gula lagi di tehnya. Karena dia percaya, terlalu banyak minum teh manis akan menganggu kesehatannya. Apalagi dia masih 20 tahun, dia tidak mau mengidap penyakit yang tidak-tidak di usia tuanya nanti.

Tidak butuh waktu lama yang diperlukan gadis itu untuk menyiapkan pesanan Nofri. Hanya sekitaran 15 detik, segelas teh anget tawar telah berada di hadapan Nofri. Lebih cepat dibanding simbok. Mungkin faktor usia. Ya memang seharusnya simbok sudah berhenti berkerja. Simbok sudah tua, beliau harus menikmati masa-masa tuanya.

" Ada lagi, mas? " suara lucu itu terdengar lagi, sukses merusak lamun Nofri untuk kedua kalinya.

" Oh..udah nggak. Maksudnya.. cukup ini dulu aja. " gadis tersebut tersenyum menyambut jawaban tak sempurna Nofri, kemudian tenggelam dengan kesibukkannya melayani pelanggan lain. Sejalan dengan itu, Nofri meraih gelasnya dan dengan hati-hati dia mencoba untuk menghisap teh tawar tersebut.

Tepat saat dia menelan teh tawarnya, dahinya mengernyit. Dalam pikirannya muncul satu pertanyaan lagi. Sedikit ragu, dia memanggil gadis berponi tersebut.

" Mbak... " panggil Nofri agak tinggi.

" Iya, mas. Ada apa? " gadis tersebut menoleh ke arah Nofri.

" Saya kan tadi pesennya teh tawar. Tapi kok manis ya, Mbak? " tanya Nofri bingung.

Gadis tersebut tersenyum, ujung bibirnya tertarik berlawanan dengan sempurna dan kemudian menjulurkan tangannya ke depan Nofri. Sedangkan Nofri, dahinya semakin mengeryit. Dia tidak tahu apa maksud gadis lucu tersebut. Namun entah kenapa, tangan Nofri menyambut tangan gadis tersebut dengan ramah. Dia menjabat tangannya sekarang.

" Kenalin, mas. Seperti gula, ceriakan dunia. Namaku Cindy Gulla. Panggil saja Cigull " Cigull tersenyum. Kali ini senyumnya semakin lebar, giginya yang rapi terlihat oleh Nofri. Sedangkan Nofri, dia masih mematung. Dia tak percaya, ternyata Cigull lebih manis dibanding teh buatan simbok. Dalam hati dia hanya manggut-manggut dan berpikir....

" Tidak ada teh tawar di dunia ini, selama yang buatin Cigull. " batin Nofri mantap. Tapi bagaimana dengan simbok? Sepertinya Nofri sudah jatuh hati dengan gadis ini.

" Memang benar, simbok harus istirahat. Akan aku beritahu dia besuk. " tambah Nofri kepada dirinya sendiri.

" Saya, Nofri Fanesa. " giliran Nofri memperkenalkan diri. Sejalan dengan itu mereka berdua saling melemparkan senyum, dan membiarkan segelas teh tawar yang entah kenapa rasanya manis, menjadi saksi perkenalan mereka di malam indah itu. 


Comments

  1. sedikit komentar ya ehehe, basicly ini cerita yang bisa jadi "manis" sebenarnya
    cuma kalo aku liat dari si karakter ini, gak keliatan jelas tujuannya apa
    kalo dalam penulisan cerita itu kan perlu ada "unsur dramatik" karakter-tujuan-konflik. Karakter kamu udah jelas, tapi tujuannya masa cuma minum teh aja, atau kenalan sekedar kenalan ehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Thanks banget ye bang masukannya. Sebenarnya ini bukan cerpen sih bang. Lebih ke Flashfiction. Cuman flashfiction yang panjang. hahaha. Iye nih, kagak jelas emang konfliknya di mana. Mungkin emang kagak ada konflik. Intinya sih cuma ngasih tau penyebab kenapa warung baru itu menjadi lebih rame dibanding warungnya simbok.

      Delete

Post a Comment

Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal