Kamar Terlarang



"Ayah melarangku sejak kecil."

Hari ini seperti biasa. Aku pulang terlambat. Beberapa lembar kertas yang tertumpuk di meja kantor lah yang menjadi penyebabnya. Memaksaku untuk lembur dan mengabaikan waktu pulang kerja.

Sebenarnya hal itu bukanlah perkara yang serius. Aku sangat menyukai pekerjaanku. Tak masalah jika memang harus pulang dini hari sekali pun.

Hanya saja belakangan ini aku sering merasakan ada yang aneh di rumahku. Seperti ada sesuatu yang membuatku melirik sinis ke arah salah satu kamar yang ada di dalam rumah. Sebuah pintu kamar yang sangat dosa untuk aku buka. Mengeluarkan bunyi aneh sepulang kerja.

Ayahku lah yang melarangnya.


Aku tak tahu dengan sebab apa ayah melarangku dan menyuruhku untuk menjauhi pintu kamar yang terletak di samping kamar mandi tersebut. Setiap kali aku lewat di depannya, pastilah membuatku ingin tahu, Menggoda syaraf motorikku untuk melakukan dosa durhaka, dan membiarkan seluruh pandanganku menjawab segala tanda tanya.

Sebuah tanda tanya yang mengendap di hidupku selama ini. Sungguh, baru kali ini aku benar ingin mengetahuinya.

Sayangnya, usaha membuka kamar tersebut bukanlah perkara mudah. Ruangan tersebut selalu saja dikunci. Aku tak tahu letak di mana ayah menyembunyikan kuncinya. Yang aku tahu hanyalah setiap malam Jum'at, tepat pukul satu dini hari, ayah selalu mengendap masuk ke dalam kamar tersebut, dan menguncinya kembali.

Entahlah, apa yang akan biasa beliau lakukan di kamar tersebut saat mengunci dirinya di dalam. Aku tak tahu. Karena kala itu memang tak begitu penting untuk diriku, jadi aku tak pernah bertanya padanya.

Sampai suatu ketika, suara aneh yang muncul belakangan inilah yang mengobarkan semangatku untuk mencari tahu semuanya. Membuatku terusik dan segera ingin mencari tahu kebenarannya. Agar segala tanya yang mengendap tak menjadi busuk di kepala.

Mungkin inilah saatnya.

***

Malam ini aku pulang terlambat lagi. Dengan sebab dan alasan yang sama tentunya. Bahkan, lampu depan teras rumah juga sudah padam sejak beberapa jam yang lalu.

Mungkin begitu.

Berbekal kunci cadangan, aku masuk melalu pintu depan. Lalu kemudian masuk dan menutup pintu tersebut perlahan. Mencoba semaksimal mungkin untuk meredam suara yang akan timbul nantinya.

Sesuai rencana, aku melangkah secara perlahan menuju kamar yang biasa kusebut 'Terlarang'. Sembari mengamati sekitar, dari kantong jaket yang kukenakan muncul sebuah kunci yang kemarin berhasil aku curi dari lemari ayah. Mengeluarkannya dengan sebelah tangan dan merapatkan tubuh ke daun pintu secepat mungkin. 

"Akhirnya," desahku pelan saat berhasil sampai di depan kamar tersebut. Membuat jantungku terasa berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Ada perasaan bahagia yang tiba-tiba saja muncul ketika momen yang demikian akhirnya tiba. Namun, ada perasaan sedih juga ketika salah satu pesan penting ayah terpaksa harus diingkar karena egoku yang menggebu. Membuat diriku tampak seperti anak yang tak tahu balas budi. Membuat diriku terus mengerutuki diri sendiri.

"Maafkan anakmu ini, Ayah." kataku pelan dengan sebelah tangan yang tengah memasukan kunci curian. Membuat jantungku seolah akan lepas dari arteri. 

Sampai kemudian, suara khas pun terdengar. Untuk pertama kalinya pintu tersebut aku buka. Mendorong ganggang pintunya dan membiarkan apa yang ada di dalam terpampang.

Pupilku mengembang. Sebuah penampakan gelap tersajikan. Aku tak bisa melihat apapun selain warna hitam di dalam sana. Terlebih lagi, bau wangi seperti menyeruak dari dalam yang berhasil membuat kedua alisku terangkat bingung. Cepat-cepat sebelah tanganku meraih tembok dan mencari keberadaan saklar yang ada di sana. 

"Ah," 

Sebuah saklar sepertinya sudah ada di tangan. Segera saja, salah satu jemariku menekan tombol untuk menghidupkannya. 


Lidahku kelu, tubuhku terasa seperti akan roboh. Otakku seolah tak bisa menerima apa yang aku lihat sekarang. Sungguh, apa yang aku lihat sekarang membuatku sangat bingung. Tepat saat lampu dalam ruangan tersebut menyala, sebuah penampakan aneh tertangkap mata.

Empat wanita cantik tengah bersantai di sana. Tengah berpose membaca dan kemudian mengalihkan pandangannya ke wajahku yang terkejut. Membuat mulutku terbuka dan mengeluarkan segala tanda tanya dari rongga mulut.

Bagaimana bisa ada empat wanita cantik di dalam ruangan itu. Bagaimana bisa mereka tidak sekalipun keluar dari dalam sana. Apa hubungan mereka dengan ayahku? Jadi benar bahwa kematian ayah beberapa bulan yang lalu ada hubungannya dengan mereka? Orang pintar itu tak mengada-ada rupanya.

Pikiranku terus berputar dan berputar. Pandanganku berubah samar. Lalu sekitaran berangsur gelap. 

Aku pingsan di tempat. 

Comments

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal