Genk Bisik [ Episode 2 ]

" Lo tadi lihat nggak? ", Deni
memulai pembicaraan di kantin.

" Enggak. Lah lihat apa? ", Imam
nyeletuk sembari mengaduk
segelas air putih.

" Eh lo tuh ngaduk apa sih? Air
putih nggak ada gulanya kalee ah.
Dasar aneh. ", bingung Aji pada
Imam. Dirinya hanya tersenyum
malu. Namun ayunan tangannya
masih dipertahankan.

" Emang gak ada gulanya sih, tapi
kan gulanya di sana ", dirinya
menatap sosok cantik yang tengah
duduk di lain meja. Aji dan Deni
spontan melihat arah yang dibidik
Imam.

" Halah basi lo! ", Ledek Deni
dengan suara khasnya. ( Hanya
kelas SMC lah yang tau. )

" Lo tadi lihat apa men? ", tanya
Aji pada Deni yang tampaknya
ingin menceritakan sesuatu. Kemudian Deni mempernyaman
posisi duduknya. Sok keren.

"Oke. Jadi gini, lo tadi lihat
nggak?", Deni kampret
mengulanginya lagi.

" Yaelah lama amat sih. Langsung
aja deh apa. ", kesal Imam.

" Gue tadi lihat anak baru tuh,
namanya......er.. ", sahut Deni
namun terhenti.

" Sayekti. ", Imam mencoba
menebak.

" Iya. Sayekti. Jadi Sayekti tadi... ",
lanjut Deni namun kemudian Aji
menyela.

" Tunggu tunggu, Sayekti bukannya
guru matematika kita ya men?
Naomi kali ahhh namanya", Aji
membenarkan.

" Eh iya, Naomi. Jadi tadi gue lihat
di kelas, dia lagi dideketin sama
Sutris. ", Deni melanjutkan
ceritanya.

" Emang kampret tuh orang. Setiap
ada yang cantik, pasti dideketin.
Mentang mentang anak kepala
sekolah SLB, terus seenaknya aja.",
gerutu Imam. Kali ini adukannya
semakin kuat.

" Lah emang kenapa?", sahut Aji
mencoba dewasa.

" Ya lo kan tau dia itu playboy.
Kemarin gebetan lo, si Kinal
direbut sama dia. Terus, diputusin
gitu aja. Dan gara gara itu, Kinal
pindah sekolah. Ingat kan lo? ", tegas Deni pada Aji. Semangat
perjuangannya membara. Seakan
sangat membenci Sutris.

" Iya gue inget. Tapi bukannya
Kinal pindah gara gara Sutris suka
bau ketek ya men? ", sahut Aji.
Kami bertiga pun tertawa. Suara
tawa Deni paling meledak gaduh
di kantin.

" Jadi lo takut Naomi bakalan
senasib sama Kinal gitu?", tanya
Imam. Matanya tampak sesekali
memandang sosok cantik di
seberang sana.

" Bener banget. Kita nggak bisa
biarin ini men ", semangat Deni
menggebu gebu.

" Terus lo punya rencana gituh?",
Tanya Imam.

" Iya. Gue bakalan deketin Naomi.
", tegas Deni.

" Gue gak yakin Naomi mau
sama.lo", kata Imam.

" Apa salahnya dicoba. ", sambung
Aji sangat dewasa.

***

Bel pulang sekolah pun berdering.
Seluruh siswa berlomba lombauntuk menjadi orang pertama yang melewati gerbang. Namun kali ini, Deni berniat untuk mengajak jalan Naomi.

" Siang ini ada acara nggak? ", Deni mendekati Naomi yang masih duduk di meja kelasnya.

Sedangkan Aji dan Imam tengah
mengintip mereka dari balik
jendela.

" Kenapa? Mau ngajakin jalan? ",
kata Naomi mencoba menebak niat
Deni.

"Kalau kamu mau sih.", Deni malu.
Pipinya memerah. Tubuhnya gemetar tak tahan melihat senyum
Naomi yang luar biasa itu.

" Tapi sore ini aku udah janji
sama Sutris.", lagi lagi nama
kampret itu terdengar oleh Deni.
Deni tampak lesu.

" Ngapain kamu jalan sama
playboy bau ketek itu. ", kata Deni
cemburu.

" Pantesan tadi ada bau bau apa
gitu pas deket sama dia. Oh
jadi.ketek.", sahut Naomi.

" Tapi gak papa sih kalau kamu
mau jalan sama dia. ", Deni
berlalu meninggalkan Naomi. Dia
tertunduk tak bersemangat.

"Deniiii. ", Naomi memanggilnya.
Deni tersenyum, di dalam hatinya
muncul harapan. " Apa gue kata.
Nggak ada yang nolak ajakan gue.",
pikirnya dalam hati.

" Iya?", tanya Deni menoleh ke
Naomi.

" Aku mau kok jalan sama kamu.",
terima Naomi melempar senyum
manisnya.

" Sutris gimana?", tanya Deni.

" Aku gak suka cowok bau ketek.",
sahut Naomi memonyongkan bibir.
Kemudian mereka saling tukaran
nomor hape dan menuju ke
gerbang berdua bersama.

Sementara itu Aji dan Imam masih
sembunyi mengawasi mereka.

" Sial....beruntung banget tuh,
Deni. Tadi kenapa gak gue aja
ya?", sahut Imam menyesal.

" Sudahlah. Ayo kita pulang.", ajak
Aji pada Imam. Mereka berdua.kemudian berjalan menuju gerbang sekolah. Namun tiba tiba terdengar suara lembut dari belakang.

"Hai.... !!!", spontan mereka
berdua menoleh ke belakang. Aji
hanya memincingkan matanya.
Sedang Imam terpelongo melihat
sosok cantik yang dilihatnya di
kantin tadi sekarang berada di depannya.

" Sepertinya ini harimu, mam.",
sahut Aji.

" Iya ji.", jawab Imam tersenyum.

to be continued

Penulis : Aji Raenaldi

Comments

Post a Comment

Kebebasan berpendapat itu,mulai sejak ini kamu berkomentar

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal