Rahasia di Lantai Dua

Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi. Itu menunjukan bahwa sebentar lagi, Deni dan Octi akan menjadi pasangan suami istri. Segala sesuatu sudah dipersiapkan, mulai dari penghulu, saksi, konsumsi hingga peralatan pengeras suara sekalipun.

Para tamu yang tak begitu banyak sudah duduk bersila di ruang tengah milik Deni. Ruang yang akan menjadi tempat ijab qobul nanti dilaksanakan. Mereka tampak sudah tak sabar ingin menyaksikan pernikahan pengusaha kaya itu.

Microfon sudah dinyalakan sejak tadi. Pak penghulu masih sibuk dengan berkas-berkas yang tengah ia baca. Sedang Deni yang duduk di samping Octi, terlihat santai. Tak begitu gugup seperti kebanyakan pengantin baru.

" Jangan gugup ya, mas. ", kata Octi pada Deni. Octi takut jika nanti calon suaminya itu akan menikahinya dengan cara tak sempurna.

" Jangan khawatir. Aku baik baik saja kok. ", Deni menjawab dengan mantap. Octi tersenyum dan merasa lega setelah mendengar jawaban calon suaminya itu.

Beberapa menit kemudian,  suara penghulu menggelegar di dalam rumah mewah itu. Ijab qobul akan segera dimulai tampaknya.

" Baik, saudara Deni. Ijab qobul akan segera saya mulai. Apakah suadara sudah siap? ", tanya penghulu. Matanya yang dihiasi kacamata itu membidik Deni dalam dalam.

Deni menghela nafas. Paru parunya mulai kembang kempis tak beraturan. Tubuhnya sedikit gemeteran. Octi tak tahu, calon suaminya kini tengah gugup.

" Sudah, pak.", jawab Deni agak ragu. Kemudian tangan Deni yang dingin itu menjabat erat penghulu.

" Baiklah. Ijab qobul segera dimulai. Dimohin untuk tetap tenang, agar pelaksanaan nanti berjalan lancar.", sahut penghulu dengan mikrofonnya. Suasana menjadi hening, para tamu sekalian melempar pandangannya ke arah meja ijab qobul.

" Saya nikahkan engkau, Deni Aditya bin Sutris dengan putri saya, Octi Sevpin binti Imam Pambudi dengan seperangkat alat sholat dan emas 10 gram dibayar tunai."

" Saya terima nikahnya Octi Sevpin binti Imam Pambudi dengan maskawin tersebut, Tunai!!!! ", jawab Deni mantap.

" Sahhh?"

" Sahhhhh!!! ", sahut saksi dan para tamu serentak.

Kemudian mereka semua berdoa di ruang tengah. Memanjatkan syukur dan doa supaya pasangan suami istri yang baru jadi itu menjadi pasangan sakinah mawadah dan warrahmah.

" Mas, kamu harus janji akan setia sama aku sampai akhir hayat hidup kita.", bisik Octi pada suaminya.

Deni tersenyum. " Octi, aku janji. Kamu akan menjadi yang pertama dan yang terakhir untukku.", janji laki-laki itu disaksikan dua istri lainnya yang tengah mengintip di lantai dua.

Comments

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal