Asal Bahagia

" Cepatlah... ", seruku padanya. Diriku menoleh padanya yang tengah duduk di bangku taman. Dia hanya diam dan melihatku seperti tengah kerasukan.

" Kau yakin? ", tanyanya padaku. Dia masih saja bingung dengan sikapku yang mungkin menurutnya konyol.

Aku hanya mengangguk secukupnya, sembari tersenyum pertanda bahwa aku mengiyakan.

" Katanya mau nikah?  ", tanyaku.

" Sekarang? ", dia berbalik tanya.

Tanpa basa basi lagi, ku dekati dia lalu ku tarik dia menuju ke rumahnya.

" Kamu pikir aku bercanda? Kamu butuh laki-laki yang mapan, sin.", kataku sembari berjalan menuju rumahnya.

" Maafkan aku, Ji.", katanya pelan nyaris tak terdengar.

Aku hanya diam, tak menanggapi perkataannya barusan, yang penting sekarang aku harus mengantarkan Sinka, mantan pacarku yang masih kucintai ini menuju rumahnya. Kasihan calon suaminya, pasti dia sudah menunggu lama di depan penghulu.

Comments

Popular posts from this blog

Fungsi,Syarat,Bahan Utama,dan Bentuk Komponen Rangka Sepeda Motor [Otomotif]

Keseimbangan Cinta

Jenderal Kagami yang Berekor Nakal